Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Saham IPO GOTO Rp338, Analis Sebut Terlalu Mahal

Dengan harga Rp338 per saham kapitalisasi pasar GOTO berada di Rp404 triliun, lebih besar dari Astra (ASII) dan bank-bank BUMN seperti Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BNI (BBNI).
Logo GoTo, perusahan hasil merger Gojek dan Tokopedia / Twitter
Logo GoTo, perusahan hasil merger Gojek dan Tokopedia / Twitter

Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham penawaran final calon emiten decacorn, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di level Rp338 dinilai terlalu mahal. Investor disarankan wait and see terlebih dahulu atas permintaan saham GOTO.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo mengungkapkan secara valuasi price to book value (PBV) masih tergolong mahal jika dibandingkan dengan BUKA.

"Dimana dengan harga Rp338 PBV berada di 2,72 kali dengan BUKA yang sekarang PBV berada di 1,3 kali. Secara price to sales ratio (P/S) pun masih tergolong mahal diantara BUKA dan GRAB," urainya kepada Bisnis, Jumat (25/3/2022).

Azis pun lebih menyarankan investor lebih wait and see terlebih dahulu bagaimana pergerakan sahamnya saat sudah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Alasannya, dengan harga Rp338 per lembar saham kapitalisasi pasar GOTO berada di Rp404 triliun lebih besar dari Astra (ASII) dan bank-bank BUMN seperti Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BNI (BBNI).

Vice President of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan sulit menilai harga penawaran umum GOTO mahal atau tidak.

"Alasannya, fundamentalnya yang masih merugi dan prospek profitabilitasnya belum terlihat, yang diharapkan dari GOTO adalah growth atau pertumbuhan dari penjualan, transaksi ataupun basis pengguna," katanya kepada Bisnis, Jumat (25/3/2022).

Kendati mengharapkan pertumbuhan tersebut, investor tidak bisa mengharapkan bisa membuat GOTO menghasilkan laba bersih dalam jangka 3 tahun ke depan.

Dia menilai minat investor akan tetap ada, tetapi volatilitas GOTO cenderung akan tinggi seiring perubahan persepsi investor atas kinerja GOTO.

"Membeli saham pada hakikatnya adalah membeli perusahaan tersebut dengan segala prospek dan juga tantangannya, saya tetap menyarankan investor berpikir jernih sebelum membeli saham GOTO," tuturnya.

Investor pun dimintanya paling tidak memahami tiga faktor penting, yakni fundamental kinerja keuangan perusahaan; prospek bisnis dan kelangsungan usaha; serta likuiditas dari saham tersebut.

"Apabila setelah menimbang tiga hal ini masih tertarik untuk masuk GOTO tidak ada salahnya, sebaiknya dipersiapkan juga exit strategy-nya, misal dengan cutloss point 15 persen atau profit taking point 25 persen, hal ini untuk memitigasi 'nyangkut' pada saham tertentu," terangnya.

Lebih lanjut, investasi saham adalah proses berkelanjutan, tidak ada kata terlambat. Oleh karena itu, bisa juga investor wait and see melihat pergerakan saham GOTO di pasar sekunder terlebih dahulu.

Posisi wait and see ini dilakukan sambil menunggu laporan keuangan per 31 Desember 2021 dan kuartal I/2022 baru mengambil keputusan.

Sumber Bloomberg, Jumat (25/3/2022), menyebut harga final IPO GoTo sudah ditetapkan Rp338 per saham, atau di level tengah dari posisi harga penawaran awal (bookbuilding) yang sekitar Rp316-346 per saham. GoTo akan melepas 52 miliar saham baru seri A dalam rangka proses IPO ini.

Jumlah tersebut yang mewakili 4,35 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan. Jika merujuk harga final, maka GoTo berpotensi mengantongi dana Rp17,57 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper