Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Kenaikan Suku Bunga The Fed, Pasar Obligasi Indonesia Berpotensi Recovery

Potensi recovery atau pemulihan pasar obligasi Indonesia terbuka setelah adanya kenaikan suku bunga The Fed pada pekan lalu.
Market Outlook PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) pada Selasa (7/12/2021)/Bisnis-Tari.
Market Outlook PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) pada Selasa (7/12/2021)/Bisnis-Tari.

Bisnis.com, JAKARTA – Potensi recovery atau pemulihan pasar obligasi Indonesia terbuka setelah adanya kenaikan suku bunga The Fed pada pekan lalu.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula menyampaikan dengan kondisi kenaikan suku bunga pertama kalinya oleh The Fed, maka pasar telah priced in atau menetapkan harga.

Oleh sebab itu, berdasarkan data  worldgovernmentbonds.com, per Kamis (24/3/2022), tingkat imbal hasil atau yield US Treasury dengan tenor 10 tahun berada di level 2,37 persen.

“Pasar telah priced in, tren kenaikan suku bunga terlihat di US Treasury 10 tahun yang sudah berada di level 2,3 persen maka potensi untuk pasar obligasi Indonesia mulai recovery-nya dapat terjadi,” ungkap Ezra kepada Bisnis, Kamis (24/3/2022).

Ezra juga menyampaikan bahwa imbal hasil Surat Utang Negara mulai stabil dan turun dan memperkirakan tren positif tersebut dapat berlanjut selama sentimen global mendukung.

Contohnya ungkap Ezra terjadi kemajuan pembicaraan terkait konflik antara Rusia-Ukraina serta risk on mode berlanjut.

Sementara itu, data worldgovernmentbonds.com, di waktu yang sama menunjukkan imbal hasil SUN Indonesia seri acuan 10 tahun, berada di level 6,81 persen. Selama sebulan terakhir, imbal hasil SUN Indonesia telah melemah sebesar 20,5 basis poin.

Sebelumnya Ezra juga menyampaikan bahwa kondisi likuiditas dalam negeri yang masih tinggi menyebabkan suku bunga perbankan masih di level yang rendah dan menjadi sentimen positif bagi penerbitan obligasi.

“Maka penerbitan obligasi di kuartal I/2022 masih merupakan pilihan yang tepat,” ungkap Ezra kepada Bisnis, Senin (14/3/2022). 

Namun Ezra mengakui saat ini investor masih menunggu dan memperhatikan perkembangan konflik Rusia-Ukraina serta kenaikan suku bunga oleh The Fed yang minggu ini akan dilaksanakan rapat terkait hal tersebut.

“Setelah berkurangnya ketidakpastian, sebenarnya pasar obligasi Indonesia relatif menarik,” ungkap Ezra.

Hal tersebut terkait dengan imbal hasil riil surat utang negara (SUN) yang merupakan salah satu tertinggi di dunia. Ditambah lagi dengan kondisi makro fundamental dalam negeri yang stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper