Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Credit Default Swap Indonesia Melemah Sepanjang 2022

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Credit Default Swap (CDS) terpantau terus meningkat dan mencapai 126,51 pada 7 Februari 2022, atau tertinggi sejak Juli 2020.
Karyawan memantau pergerakan harga saham di kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (11/10)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memantau pergerakan harga saham di kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (11/10)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat credit default swap Indonesia terus mengalami kenaikan sepanjang tahun 2022. Potensi kenaikan suku bunga global dan tensi geopolitik Rusia–Ukraina menjadi sejumlah katalis negatif.

Berdasarkan data worldgovernmentbonds.com, credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia per 9 Maret 2022 ada di level 124,61. Posisi tersebut mengindikasikan probabilitas default atau gagal bayar sebesar 2,08 persen.

Sepanjang tahun berjalan, CDS 5 tahun Indonesia terpantau bergerak cenderung naik, meski sempat berada di level terendah pada tahun 2022 pada kisaran 72,91 di bulan Januari lalu. selebihnya level CDS 5 tahun Indonesia bergerak di rentang 72,91-124,61.

Tingkat CDS 5 tahun Indonesia saat ini tercatat melemah 34,85 persen selama sebulan belakangan. Meski demikian level CDS saat ini masih lebih baik dibandingkan periode Maret 2020 saat CDS Indonesia sempat menyentuh level 239,11.

Seperti diketahui, level CDS yang semakin rendah menunjukkan ekspektasi risiko investasi yang semakin rendah pula pada instrumen surat utang suatu negara, dalam hal ini untuk surat utang Indonesia dalam denominasi rupiah.

Terkait hal tersebut, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, kenaikan CDS dalam 2 minggu terakhir didorong oleh ketegangan geopolitik di Rusia-Ukraina. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, CDS terpantau terus meningkat dan mencapai 126,51 pada 7 Februari 2022, atau tertinggi sejak Juli 2020.

Di tengah CDS yang meningkat, nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp14.330 - Rp14.410 sejak invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai tukar masih cenderung stabil.

“Kenaikan CDS juga memengaruhi pergerakan obligasi rupiah, yang sejak awal invasi mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 30 basis poin (bps),” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (9/3/2022).

Josua melanjutkan peningkatan CDS juga dipengaruhi oleh outflow dari pasar obligasi Indonesia, yang tercatat sebesar US$556,08 juta di bulan Maret.

Sejak akhir tahun 2021, CDS naik 33 bps karena sentimen hawkish The Fed dan ketegangan geopolitik yang meningkat. Peningkatan CDS terus berlanjut dan tidak dapat dihindari pada tahun 2022 karena tekanan sentimen global.

Meski demikian, menurutnya kenaikan CDS akan mencapai puncaknya pada paruh pertama tahun 2022. Sedangkan, pada semester II/2022, CDS diproyeksikan akan lebih rendah seiring dengan sentimen yang memudar.

Ia mengatakan, fundamental ekonomi domestik yang tetap solid juga akan mendukung daya tahan rupiah dan pasar keuangan domestik dalam menghadapi normalisasi kebijakan moneter Fed serta sentimen geopolitik.

“Kami perkirakan CDS akan meningkat sekitar 20–30 bps dibandingkan CDS di akhir tahun 2021,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper