Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Penerbitan Obligasi dan Sukuk Korporasi Masih Positif, Ini Faktor-Faktornya

Prospek positif pada penerbitan obligasi dan sukuk sejalan dengan positifnya sisi permintaan investor dan antusiasme emiten untuk mengakses pendanaan pasar modal.
Ilustrasi obligasi. Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi obligasi. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Penerbitan obligasi dan sukuk korporasi diperkirakan masih tumbuh pada 2022, di tengah konflik geopolitik Ukraina-Rusia dan kebijakan tapering The Fed.

Director dan Head of Investment Banking PT Sucor Sekuritas Yansen Poaler melihat prospek positif pada penerbitan obligasi dan sukuk sejalan dengan positifnya sisi permintaan investor dan antusiasme emiten untuk mengakses pendanaan pasar modal.

Di sisi lain, perekonomian Indonesia yang turut ditopang aktivitas berbasis komoditas juga diuntungkan dengan situasi Ukraina-Rusia dalam jangka pendek, seiring dengan diterapkannya sanksi dan adanya supply shock pada beberapa komoditas seperti minyak, gas dan batu bara.

“Inflasi di Indonesia juga masih terkontrol dengan baik. Jadi kemungkinan faktor domestik dari kenaikan suku bunga Bank Indonesia dan yield domestik masih cukup bisa diantisipasi oleh emiten dan investor domestik,” kata Yansen ketika dihubungi, Minggu (6/3/2022).

Namun Yansen turut memberi catatan soal faktor-faktor yang perlu diwaspadai, terutama pada emiten korporasi yang memiliki exposure utang di mata uang asing dan yang memiliki level leverage utang tinggi. Dia memperkirakan bakal ada tekanan dari naiknya tingkat suku bunga The Fed dan volatilitas di pasar utang global.

“Risiko pada tekanan di cashflow dan kemampuan untuk refinancing ke depannya perlu diperhatikan. Mungkin ada baiknya jika emiten-emiten tersebut bisa diversifikasi dengan mencari alternatif penerbitan pasar utang domestik yang outlook-nya menurut saya lebih stabil sekarang,” paparnya.

Sementara itu, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan penerbitan obligasi dan sukuk korporasi denominasi rupiah masih akan positif tahun ini. Dia mengatakan kebutuhan refinancing cukup tinggi mengingat obligasi yang jatuh tempo pada 2022 mencapai 2022.

“Di sisi lain proyeksi pertumbuhan ekonomi terus membaik, hal ini membuat kebutuhan untuk ekspansi juga meningkat,” kata Handy.

Selain itu, Handy mengemukakan yield Surat Berharga Negara (SBN) sebagai investasi yang cenderung bebas risiko dan merupakan patokan penentuan kupon obligasi korporasi juga cukup stabil di tengah gejolak global yang meningkat. Dukungan investor domestik yang makin kuat membuat ketergantungan terhadap investor asing juga makin berkurang. 

“Saat ini, porsi kepemilikan asing di SBN sudah di bawah 19 persen dari total outstanding. Selain itu likuiditas rupiah yang masih melimpah juga menjadi faktor positif,” tambahnya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pasar modal Indonesia diramaikan dengan 3 pencatatan obligasi dan 1 sukuk ijarah yang resmi tercatat di BEI pada Jumat (4/3/2022).

Adapun total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2022 adalah 17 emisi dari 13 emiten dengan nilai Rp17,42 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sampai dengan saat ini berjumlah 487 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp435,25 triliun dan US$47,5 juta, yang diterbitkan oleh 124 emiten. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper