Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Melambung, Laba Bersih Astra Agro (AALI) Rp1,97 Triliun

Harga crude palm oil (CPO) yang melambung ikut mengerek laba bersih Astra Agro (AALI) Rp1,97 triliun.
Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Santosa. /Istimewa
Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Santosa. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih yang signifikan sepanjang 2021.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021 yang dilaporkan perusahaan, AALI mencetak kenaikan pendapatan bersih sebesar 29,32 persen dari Rp18,80 triliun pada 2020 menjadi Rp24,32 triliun sepanjang 2021.

Pendapatan perusahaan mayoritas berasal dari produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya dengan nilai Rp22,02 triliun. Jumlah itu naik 26,77 persen dibandingkan dengan total 2020 yang bernilai Rp17,37 triliun. Sementara itu, produk inti sawit dan turunannya serta produk lainnya berkontribusi masing-masing Rp2,20 triliun dan Rp96,49 miliar.

Seiring dengan naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan tercatat ikut meningkat menjadi  Rp19,49 triliun pada 2021 dari Rp15,84 triliun pada 2020.

Beban penjualan naik tipis 1,12 persen dari Rp416,72 miliar pada 2020 menjadi Rp421,39 miliar sepanjang 2021. Sementara itu, beban umum dan administrasi naik 39,05 persen dari Rp704,00 miliar menjadi Rp978,95 miliar.

Adapun, total laba yang dapat diatribusikan perusahaan kepada entitas induk naik 136,63 persen dari Rp833,0 miliar pada 2020 menjadi Rp1,97 triliun.

Laba per saham dasar dan dilusian juga meningkat dari Rp432,84 per lembarnya pada 2020 menjadi Rp1.024,25 per lembarnya.

Sebelumnya, Presiden Direktur AALI Santosa memperkirakan produksi minyak sawit mentah atau CPO serta turunannya oleh perusahaan akan lebih banyak ditopang oleh kebun petani mitra. Produksi kebun inti milik perusahaan diperkirakan stagnan.

"Karena kita sangat terkait dengan pembelian buah [tandan buah segar sawit] dari luar, kita perkirakan naik 5 sampai 6 persen. Mudah-mudahan tidak turun," kata Santosa dalam diskusi daring belum lama ini.

Santosa mengatakan produksi kebun inti perusahaan tidak akan banyak menyumbang kenaikan karena telah memasuki usia dewasa. Sampai akhir 2020, luas kebun inti perusahaan mencapai 215.400 hektare (ha) atau 74,9 persen dari total kebun yang dikelola. Luas kebun plasma berjumlah 72.200 ha. Adapun pembelian TBS eksternal pada 2020 mencapai 2,61 juta ton atau turun 18,1 persen secara tahunan.

"Kalau kebun inti kita, produksi sudah stagnan karena usianya sudah mature, kalaupun turun 5 sampai 6 persen kalau naik kecil karena stagnasi. Karena itu kenaikan kita banyak didorong oleh kemitraan dengan kebun sekitar," lanjutnya.

Santosa belum bisa mematok tren harga CPO pada 2022. Namun dia memperkirakan harga masih stabil tinggi karena pasokan dari dalam negeri yang masih ketat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper