Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sreeya Sewu (SIPD) Alokasikan Capex Naik 4 Kali Lipat Tahun Ini

Capex 2022 Sreeya Sewu (SIPD) diperuntukkan untuk investasi strategis di unit usaha farming guna mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan utilisasi unit feedmill.
Theo Lekatompessy, Komisaris Independen Sierad Produce (Kanan) dan Tommy Wattimena Direktur Utama Sierad Produce (Kiri)./sieradproduce.
Theo Lekatompessy, Komisaris Independen Sierad Produce (Kanan) dan Tommy Wattimena Direktur Utama Sierad Produce (Kiri)./sieradproduce.

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sektor perunggasan, PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk. (SIPD) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure pada 2022 naik 4 kali lipat dari alokasi tahun lalu. Belanja modal akan diarahkan pada sejumlah investasi strategis perusahaan.

Chief Financial Officer sekaligus Sekretaris Perusahaan SIPD Sri Sumiyarsi tidak menyebutkan secara eksplisit alokasi capex untuk tahun ini. Namun sebagai perbandingan, serapan modal pada working capital perusahaan pada Agustus 2021 masih stabil sekitar Rp700 miliar sebagaimana 2020. Dana investasi tersebut dialokasikan untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui ekspansi breeding.

“Alokasi belanja modal Sreeya 4 kali dari biaya modal tahun lalu. Adapun biaya modal diperuntukkan untuk investasi strategis di unit usaha farming guna mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan utilisasi unit feedmill [pabrik pakan],” kata Sri kepada Bisnis, Selasa (22/2/2022).

Sri mengatakan alokasi modal juga akan dipakai untuk perluasan penerapan smart farm kepada para peternak dan investasi di pakan burung untuk mempercepat pertumbuhan penjualan.

“Sisanya merupakan belanja rutin dan sumber dananya dari internal kas dan pinjaman bank,” lanjut Sri.

Dia menjelaskan perusahaan akan fokus memperkuat bisnis di sisi hulu maupun hilir dengan strategi yang telah ada. Perusahaan juga akan mempercepat realisasi investasi breeding.

Sampai kuartal III/2021, SIPD membukukan penjualan bersih sebesar Rp4,08 triliun, naik sekitar 33 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 sebesar Rp3,08 triliun. Mayoritas penjualan ditopang oleh penjualan produk perunggasan ke pihak ketiga senilai Rp3,66 triliun, sementara penjualan makanan siap saji berjumlah Rp423,44 miliar.

Dari sisi bottom line, Sreeya mengalami rugi tahun berjalan sebesar Rp71,46 miliar. Sementara itu, selama periode Januari-September 2020, perusahaan masih membukukan laba sebesar Rp31,28 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper