Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Capai Rekor Tertinggi, Ternyata Ini Penyebabnya

Level 6.891,02 yang berhasil dicapai siang ini merupakan posisi tertinggi IHSG sepanjang sejarah.
Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas,  Jakarta, Rabu (15/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menyentuh all time high alias level tertingginya pada penutupan perdagangan sesi I, Jumat (18/2/202).

Analis pun menyebutkan pendongkrak utama IHSG ialah kenaikan minyak sawit (crude palm oil/CPO), yang mengangkat saham emiten terkait. 

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengungkapkan di tengah situasi yang sulit diprediksi mulai dari lonjakan kasus harian Covid-19, ketegangan antara Ukraina dan Rusia, dan juga antisipasi kenaikan suku bunga oleh The Fed, IHSG masih mampu menyentuh rekor tertingginya.

“Dengan rekor all time high baru IHSG sendiri di tengah situasi yang sulit diprediksi ini, …mencerminkan bahwa para investor baik lokal maupun asing masih memiliki keyakinan akan pasar modal Indonesia,” ungkap Frankie saat dihubungi Bisnis, Jumat (18/2/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, di akhir perdagangan sesi I hari ini, IHSG telah menguat 0,80 atau 54,57 poin menjadi 6.889,69. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 6.812,35-6.891,02. Level 6.891,02 merupakan posisi tertinggi IHSG sepanjang sejarah.

Adapun penopang penguatan pada sesi pertama kali ini diantaranya dana investor asing yang masuk dengan net buy Rp359,83 miliar.

Frankie menyampaikan saham-saham yang yang ramai diperdagangkan didominasi oleh sektor komoditas seperti ANTM, INCO, TINS, ADRO. Kemudian juga dari sektor perbankan yaitu ARTO, BBRI, BBCA dan BMRI. Dan untuk sektor lainnya ada KPIG, ASII dan TLKM.

Sentimen utama pendongkrak kinerja IHSG sendiri datang dari sektor komoditas, khususnya CPO dengan kenaikan yang masih berlanjut.

“Dengan kenaikan harga CPO yang masih berlanjut dan keterbatasan pasokan serta penurunan pajak impor CPO oleh India, sangat berperan besar mengangkat saham-saham CPO seperti LSIP, DSNG dan AALI,” papar Frankie.

Di sisi lain, Frankie mengungkapkan isu geopolitik Rusia dengan Ukraina diproyeksikan tidak terlalu signifikan terhadap pasar modal Indonesia. Di mana konflik geopolitik biasanya mempengaruhi arus perdagangan khususnya rantai suplai komoditas.

Jika harga komoditas sampai terganggu maka harga-harga komoditas bisa saja kembali meroket. Indonesia sendiri jelas Frankie merupakan salah satu penghasil komoditas terbesar di dunia, sehingga akan menguntungkan bagi pasar modal di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper