Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Batasi Ekspor, Harga CPO Melambung ke 5.749 Ringgit per Ton

Salah satu sentimen utama yang mendorong kenaikan harga CPO adalah kebijakan pembatasan ekspor yang diberlakukan pemerintah Indonesia.
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan nilai ekspor kelapa sawit nasional tahun 2020 yang berada di tengah situasi pandemi Covid-19 tidak mengalami perbedaan signifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 20,5 miliar dolar AS atau dengan volume 29,11 juta ton. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan nilai ekspor kelapa sawit nasional tahun 2020 yang berada di tengah situasi pandemi Covid-19 tidak mengalami perbedaan signifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 20,5 miliar dolar AS atau dengan volume 29,11 juta ton. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mencatatkan rekor tertinggi intraday baru di tengah sikap investor yang memantau kebijakan pembatasan pasokan dari Malaysia dan Indonesia.

Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Senin (7/2/2022), harga CPO dengan kontrak teraktif sempat naik hingga 2,4 persen ke level 5.749 ringgit per ton atau US$1.374 per ton sebelum kembali menurun ke 5.610 ringgit per ton.

Avtar Sandu, Senior Manager of Commodities di Phillip Futures menyatakan, salah satu sentimen utama yang mendorong kenaikan harga adalah kebijakan pembatasan ekspor yang diberlakukan pemerintah Indonesia.

Menurut Sandu, langkah yang diambil pemerintah Indonesia menjadi katalis baru untuk pasar CPO di tengah kekhawatiran terkait rendahnya produksi di Malaysia.

"Perubahan aturan ini telah membayangi prospek pasokan CPO dari Indonesia, dan memutarbalikkan kondisi pasar minyak konsumsi global," jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Adapun berdasarkan survei Bloomberg, jumlah persediaan CPO Malaysia diprediksi tidak berubah banyak dari posisi 1,58 juta ton pada Januari lalu. Stagnansi ini terjadi seiring dengan kelanjutan penurunan produksi CPO di negara produsen terbesar kedua dunia tersebut.

Meski demikian, sikap pelaku pasar terbelah terkait hal ini karena ekspektasi ekspor yang berbeda seiring dengan lonjakan harga di pasar fisik.

Sementara itu, harga kontrak CPO berjangka di Dalian Commodity Exchange, China, juga sempat melonjak hingga 4,7 persen ke level 10.404 yuan per ton. Harga tersebut merupakan rekor tertinggi intraday yang baru sejak Juli 2008.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper