Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Komoditas Emas, CPO, hingga Bitcoin Tahun Macan Air

Minyak menjadi salah satu komoditas yang menarik perhatian pada tahun Macan Air.
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR)  mengecek pompa angguk atau pumping unit di Central Gathering Station (CGS) 10 Field Duri, Blok Rokan, Bengkalis, Riau, Rabu (22/12/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengecek pompa angguk atau pumping unit di Central Gathering Station (CGS) 10 Field Duri, Blok Rokan, Bengkalis, Riau, Rabu (22/12/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah komoditas masih menyimpan peluang cuan yang optimal pada tahun macan air. Kendati demikian, investor perlu memantau harga dengan cermat sebelum memutuskan masuk ke aset ini.

Revandra Aritama, Research & Development ICDX menjelaskan, menyusul pemulihan situasi ekonomi dunia setelah pandemi, pihaknya melihat beberapa harga komoditas mulai menggeliat. Kondisi dapat memberikan keuntungan bagi investor.

Dia mencontohkan, harga emas selama beberapa pekan terakhir mengalami volatilitas harga yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh situasi ekonomi AS dan ketegangan di Eropa Timur yang membuat fluktuasi harga cukup besar.

“Volatilitas harga ini memberikan peluang keuntungan bagi investor jika dimanfaatkan dengan optimal,” jelasnya saat dihubungi pada pekan ini.

Menurutnya, komoditas energi seperti minyak memiliki peluang cuan yang cukup besar pada tahun ini. Hal tersebut ditopang oleh tren pemulihan ekonomi dunia dari dampak pandemi virus corona yang memicu kenaikan konsumsi energi dan permintaan bahan bakar.

Dia melanjutkan, minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga akan menjadi komoditas yang menarik. Prediksi ini sehubungan dengan pembatasan ekspor Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

“Sebagai produsen CPO terbesar dunia, tentu kebijakan ini akan memengaruhi harga CPO dunia,” jelasnya.

Sementara itu, Komisaris Utama PT HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo menuturkan, komoditas ditetapkan untuk menjadi kelas aset berkinerja terbaik tahun lalu, dengan indeks Komoditas Bloomberg naik sekitar 25 persen YTD. Pemulihan permintaan setelah Covid, gangguan rantai pasokan, kebijakan pemerintah, dan cuaca buruk turut berkontribusi pada pengetatan di pasar tahun ini, yang telah mendorong harga lebih tinggi.

Memasuki tahun 2022, gangguan rantai pasokan akan membaik, sementara keseimbangan untuk beberapa komoditas akan terlihat kurang ketat dibandingkan pada tahun 2021. Artinya, tren harga komoditas akan cenderung lebih rendah dari level saat ini.

“Tetapi yang penting, mereka akan tetap di atas rata-rata jangka panjang,” papar Sutopo.

Selain minyak dan CPO, Sutopo mengatakan pasar logam dasar juga menyimpan peluang cuan yang cukup optimal. Salah satu logam dasar yang cukup menarik adalah alumunium yang tengah mengalami defisit pasokan.

“Pasar aluminium sedang menuju ke periode defisit struktural dan tidak ada perbaikan cepat untuk menyelesaikan ini, kita mungkin akan melihat harga diperdagangkan lebih tinggi,” ujarnya.

Dia menyarankan investor untuk menunggu koreksi harga sebelum masuk ke aset komoditas. Hal tersebut mengingat harga rata-rata komoditas yang saat ini cukup tinggi.

“Diperkirakan sebagian investor besar akan melakukan taking profit terlebih dahulu dan membeli di harga koreksi,” lanjutnya.

Adapun, Sutopo memprediksi emas kemungkinan akan mengalami kesulitan terbesar selama tahun 2022. Pengetatan dari bank sentral di seluruh dunia serta ekspektasi penguatan dolar AS lebih lanjut, akan membuat permintaan investasi untuk emas tetap buruk.

Sementara itu, untuk Bitcoin, Sutopo menuturkan, aset kripto ini telah bergerak tidak menentu selama beberapa bulan terakhir. Setelah mencapai puncaknya US$69.000, harga Bitcoin telah turun secara konsisten yang membuatnya kehilangan lebih dari 30 persen dari nilai tertinggi sepanjang masa.

Sutopo mengatakan, setelah turun dibawah level US$40.000, harga Bitcoin dapat terkoreksi lebih dalam hingga ke posisi US$29.000. Sementara, level resistance hingga akhir kuartal I/2022 dipatok pada kisaran US$52.000

Dia menyarankan investor untuk berhati-hati jika hendak masuk ke Bitcoin pada tahun ini. Hal ini karena Bitcoin tidak memiliki dasar fundamental yang kuat dan sentimen yang ada lebih cenderung kepada rumor yang beredar.

Selain itu, pergerakan harga Bitcoin juga akan sulit menguat di tengah persaingan yang tinggi dengan coin yang lain sehingga, pangsa pasar aset kripto akan terbagi pada aset yang lebih rendah harganya.

“Bitcoin dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk inovasi keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang bermunculan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper