Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Syariah Indonesia (BRIS) Keluar, Kinerja IDX BUMN 20 Bakal Lebih Baik

Keluarnya BRIS dari IDX BUMN 20 dan digantikan oleh SMBR dapat memacu laju indeks.
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia baru saja melakukan perombakan konstituen Indeks IDX BUMN 20 dan jumlah saham penghitungan indeks yang dibatasi. Perombakan ini dinilai dapat membuat kinerja indeks dapat mendekati kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Berdasarkan pengumuman BEI, dikutip Jumat (28/1/2022), otoritas bursa mengeluarkan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) sebagai konstituen indeks IDX BUMN 20. Sebagai penggantinya, bursa memasukan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. (SMBR) sebagai anggota baru.

Selain terjadi penggantian konstituen, BEI juga mengganti perhitungan menjadi hanya 15 persen dari kapitalisasi masing-masing konstituen. Dengan demikian, terjadi perubahan jumlah saham yang dihitung dalam indeks pada masing-masing konstituen.

Dari evaluasi tersebut, jumlah saham penghitungan indeks menyusut untuk seluruh konstituen. Adapun, jumlah saham yang diperhitungkan paling banyak bergeser dari sebelumnya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menjadi PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS).

Periode efektif konstituen ini berlaku pada 4 Februari sampai dengan 2 Agustus 2022. Adapun periode efektif jumlah saham penghitungan indeks berlaku dari 4 Februari sampai dengan 5 Mei 2022.

Pada penutupan pasar hari ini, Jumat (28/1/2022), IDX BUMN20 ditutup pada level 367,45 atau minus 0,67 persen secara year to date.

Jika dibandingkan dengan IHSG sebenarnya tidak terpaut jauh, untuk IHSG sendiri pun hari ini ditutup pada zona merah di level 6645 atau minus 0,3 persen secara ytd.

Adapun, sepanjang 6 bulan terakhir, pergerakan IDX BUMN 20 mengalami penguatan 9,34 persen atau 31,4 poin. Dengan 4 emiten BUMN utama yang menjadi penggerak indeks, yakni dipimpin BBNI yang menguat 49,25 persen, BMRI menguat 31,33 persen, TLKM menguat 30,28 persen, dan BBRI yang naik 11,67 persen.

Di sisi lain, 3 besar saham yang menjadi pemberat indeks dipimpin oleh BRIS yang anjlok 43,91 persen, ANTM yang anjlok 30,04 persen, dan SMGR yang turun 18,51 persen.

Head of Investment Research Wawan Hendrayana menerangkan didepaknya BRIS dari konstituen dan digantikan oleh SMBR dapat mengurangi beban indeks.

"Dua hal terjadi, porsi bank sedikit mengecil terhadap indeks, SMBR termasuk industri dasar naik sedikit porsinya. BRIS itu menjadi pemberat karena dia itu setahun terakhir turun 40 persen sahamnya, ytd saja turun 16 persen di saat saham bank lain naik," jelasnya kepada Bisnis, Jumat (28/1/2022).

Menurutnya, dengan menghilangnya BRIS dari indeks dapat membuat saham emiten bank lain terlihat dampaknya terhadap kinerja indeks. Pasalnya, berdasarkan laporan keuangan tahun penuh, BMRI, BBRI, BBNI memiliki kinerja yang kuat.

Di sisi lain, dengan dibatasinya kapitalisasi yang dihitung dalam indeks akan membuat kinerja indeks lebih seimbang dan tidak hanya digerakan oleh sektor perbankan.

Dari porsi kapitalisasi sektor perbankan mencapai 60 persen menjadi lebih kecil di 40 persen. Dengan begitu, sektor lain dapat lebih berkontribusi terhadap indeks.

"Pergerakan indeks IDX BUMN 20 akan sejalan dengan IHSG, karena banyak pemberat di indeks BUMN ini, BUMN Karya ini masih tertekan kinerjanya, JSMR, masih tertekan, mereka unik, penjualan semakin besar, beban usaha akan besar juga," katanya.

Dia memperkirakan jika kasus baru Covid-19 mencapai 10.000 kasus baru per hari dapat membuat menarik rem darurat dan kembali menaikkan level PPKM.

"Saat itu terjadi IDX BUMN 20 akan terkoreksi saham bank-bank, investor long term dapat memanfaatkan buy on weakness atau accumulation buy. Ketika terkena puncak gelombang omicron pada Februari-Maret 2022, kinerja tahun penuh tetap akan lebih baik," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper