Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Jago (ARTO) Gagal Masuk LQ45, IDX30, Dan IDX80, Mengapa?

ARTO adalah salah satu saham dengan pertumbuhan paling agresif selama pandemi. Pada penutupan Selasa (25/1/2022), saham perseroan ditutup pada level Rp17.075 per saham.
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Bisnis/Abdurachman
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten bank digital PT Bank Jago Tbk. (ARTO) gagal masuk indeks utama seperti LQ45, IDX30, dan IDX80.

Sebagaimana diketahui, ARTO adalah salah satu saham dengan pertumbuhan paling agresif selama pandemi. Pada penutupan Selasa (25/1/2022), saham perseroan ditutup pada level Rp17.075 per saham.

Saham bank digital itu menyentuh auto reject bawah (ARB). Meski demikian dalam rentang satu tahun terakhir saham perseroan telah tumbuh 339 persen dengan PER mencapai 5.442 kali.

Namun, tetap juga operator bursa tidak memasukkan nama Bank Jago ke dalam indeks-indeks utama. Dalam indeks LQ45 atau IDX30, BEI lebih memilih memasukkan EMTK, AMRT, BFIN dan WSKT.

Sementara untuk IDX80, operator bursa memilih WMUU, SRTG, TAPG, HEAL, ESSA, EMTK, DSNG, DGNS dan AGII.

Padahal banyak pihak menjagokan bank digital itu masuk indeks utama. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan PT Bank Jago Tbk. (ARTO) akan masuk indeks paling cair.

“Saya proyeksikan ARTO bisa masuk LQ45, MTEL mungkin bila masuk kriteria Fast entry, untuk saham keluar bisa dari sektor konstruksi,” katanya kepada Bisnis, dikutip Selasa (25/1/2022).

Menurutnya kedua emiten pas untuk masuk dalam indeks paling cair itu. Pasalnya, saham-saham penggerak LQ45 adalah keuangan, telekomunikasi, consumer good dan idustri otomotif.

Wawan mengatakan sektor-sektor itu diuntungkan oleh pemulihan ekonomi dan juga insentif yang diberikan pemerintah seperti diskon PPNBM. “Untuk sektor-sektor ini saya melihat akan baik kinerjanya di tahun ini,” katanya.

Dengan demikian, investor asing akan terpancing ke dalam sektor tersebut. Terutama perbankan, komoditas dan telekomunikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper