Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alamak! Rupiah Melemah ke Level Rp14.350 Pagi Ini

Rupiah turun 15 poin atau 0,11 persen dari level penutupan sebelumnya yakni Rp14.335.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah bergerak melemah hingga mendekati level Rp14.400 pada awal perdagangan hari ini, Selasa (25/1/2022).

Berdasarkan data Bloomberg di pasar spot, per pukul 09.05 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp14.350 turun 15 poin atau 0,11 persen dari level penutupan sebelumnya yakni 14.335.

Di sisi lain, indeks dolar AS terpantau menguat ke level 95,94. Pada awal perdagangan indeks tersebut turun 0,01 poin atau 0,02 persen.

Direktur MMC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan rupiah hari ini akan bergerak pada rentang Rp14.250 sampai dengan Rp14.390.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp14.320 - Rp14.370 per dolar AS.

Menurutnya terdapat ketegangan lanjutan antara AS dan Rusia atas Ukraina. Wakil Perdana Menteri Inggris Dominic Raab pun memperingatkan pada hari Minggu bahwa Rusia menghadapi sanksi ekonomi yang berat jika memasang rezim boneka di Ukraina. 

Sementara itu, India menjual emas dengan harga diskon selama pekan lalu, dengan kenaikan harga domestiknya yang berdampak pada permintaan dan para pedagang perhiasan melihat ke depan untuk anggaran tahunan negara tersebut di tahun 2022-2023. 

Kemudian dari dalam negeri, Ibrahim memprediksi kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2022 semakin membaik dan menjadi momentum pemulihan. Meski begitu, masih ada beberapa tantangan dan ketidakpastian yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Ibrahim memaparkan, dampak dari berbagai dinamika Covid-19 akan menimbulkan pemulihan ekonomi yang tidak merata, inflasi, terjadi supply disruption yang kemudian menimbulkan respons policy yaitu kenaikan suku bunga, konsolidasi fiskal dan akan menimbulkan gejolak terhadap nilai tukar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper