Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terkerek Ketegangan Ukraina, Euro Melemah

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya menguat 0,25 persen
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat naik ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir pada akhir perdagangan Senin (24/1/2022), terangkat risiko geopolitik atas Ukraina dan kemungkinan sikap lebih hawkish dari Federal Reserve pada pertemuan kebijakannya pekan ini.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya menguat 0,25 persen pada akhir perdagangan Senin, dengan euro melemah 0,14 persen menjadi 1,1324 dolar.

Indeks dolar telah naik sekitar 1,5 persen sejak 14 Januari. Selama periode ini, beberapa bank telah menaikkan perkiraan untuk kecepatan dan ukuran pengetatan kebijakan Fed, gambaran yang akan lebih jelas pada akhir pertemuan dua hari pada Rabu (26/1/2022).

Dilansir Antara, pasar sampai saat ini sebagian besar mengabaikan pengerahan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina, tetapi ketegangan meningkat akhir-akhir ini. NATO mengatakan pihaknya menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat Eropa Timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur, yang dikecam Rusia sebagai peningkatan ketegangan.

Seorang diplomat NATO menyatakan AS tengah mempertimbangkan untuk memindahkan sejumlah pasukan yang ditempatkan di Eropa Barat ke Eropa Timur dalam beberapa pekan mendatang. Presiden AS Joe Biden memerintahkan keluarga diplomat untuk meninggalkan Kyiv.

“Mengingat orang telah kehilangan uang, apakah itu di kripto atau pasar saham, orang ingin menemukan pelakunya dan saya pikir orang-orang terbelah antara dua kandidat yang mungkin: Federal Reserve dan Rusia,” kata kepala analis Bannockburn Global Forex Marc Chandler, dilansir Antara, Selasa (25/1/2022).

"Saya skeptis bahwa semua ini didorong oleh Rusia," kata Chandler, merujuk pada aksi jual di pasar ekuitas. "Tapi itu tidak berarti ketika tembakan pertama dilepaskan, tidak akan ada reaksi pasar yang dramatis."

Ahli strategi ING Bank Francesco Pesole mengatakan pasar lebih menghargai premi risiko ke dalam euro, dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa pertikaian Rusia atas Ukraina dengan Barat dapat mendorong Moskow untuk mengekang pasokan energi ke Eropa.

The Fed diperkirakan akan memberi sinyal dimulainya kenaikan suku bunga pada Maret, sementara berpotensi menunjukkan seberapa cepat ia akan menyusutkan kepemilikannya atas obligasi pemerintah dan utang hipotek yang telah membengkak neracanya melewati 8 triliun dolar AS.

Sebagian besar memperkirakan kenaikan suku bunga pertama menjadi 0,25 persen pada Maret dan tiga lagi menjadi 1,0 persen hingga akhir tahun.

Mengesampingkan ketegangan Ukraina, pemulihan dolar bisa terhenti jika Fed mengisyaratkan preferensi untuk pengurangan neraca sebagai sarana untuk memperketat kebijakan, kata Pesole.

"Jika pasar melihat Fed bersedia membiarkan pengurangan neraca melakukan angkat berat, itu mungkin memaksa penurunan perkiraan untuk jumlah kenaikan suku bunga," katanya.

"Dolar akan menemukan lebih banyak dukungan dari ekspektasi kenaikan suku bunga aktual daripada ekspektasi menguras likuiditas dari pasar."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper