Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Mendatar, Mayoritas Mata Uang Asia Bervariasi

Saat rupiah ditutup flat, peso Filipina naik 0,17 persen, yuan China naik 0,10 persen, dan dolar Taiwan yang naik 0,02 persen.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup mendatar pada awal pekan, Senin (24/1/2022), beriringan dengan beberapa mata uang lain di kawasan Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup mendatar tipis 0,00 persen atau 0,50 poin ke posisi Rp14.335,00 per dolar AS. Indeks dolar AS juga terpantau menguat sebesar 0,13 persen atau 0,12 poin ke level 95,76 pada pukul 15.10 WIB.

Selain rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia turut terpantau menguat diantaranya peso Filipina naik 0,17 persen, yuan China naik 0,10 persen, dan dolar Taiwan yang naik 0,02 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan terdapat beberapa sentimen global maupun domestik yang mempengaruhi pergerakan mata uang pada hari ini.

Menurut Ibrahim, investor terus bersiap menghadapi keputusan kebijakan terbaru Federal Reserve AS. Sementara kekhawatiran atas inflasi dan ketegangan geopolitik di Eropa Timur meningkatkan daya tarik safe-haven logam kuning.

“Secara luas [keputusan The Fed Rabu mendatang] diperkirakan akan memperketat kebijakan moneter pada kecepatan yang lebih cepat dari yang diharapkan untuk mengekang inflasi yang terus tinggi,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Senin (24/1/2022).

Selain itu, Bank of Canada juga akan menyampaikan keputusan kebijakannya di hari yang sama dengan AS.

Dari segi geopolitik, terdapat ketegangan lanjutan antara AS dan Rusia atas Ukraina. Wakil Perdana Menteri Inggris Dominic Raab pun memperingatkan pada Minggu bahwa Rusia menghadapi sanksi ekonomi yang berat jika memasang rezim boneka di Ukraina.

Sementara itu, India menjual emas dengan harga diskon selama pekan lalu, dengan kenaikan harga domestiknya yang berdampak pada permintaan dan para pedagang perhiasan melihat ke depan untuk anggaran tahunan negara tersebut untuk 2022-2023.

Kemudian dari dalam negeri, Ibrahim memprediksi kondisi perekonomian Indonesia pada 2022 semakin membaik dan menjadi momentum pemulihan. Meski begitu, masih ada beberapa tantangan dan ketidakpastian yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Ibrahim memaparkan, dampak dari berbagai dinamika Covid-19 akan menimbulkan pemulihan ekonomi yang tidak merata, inflasi, terjadi supply disruption yang kemudian menimbulkan respons policy yaitu kenaikan suku bunga, konsolidasi fiskal dan akan menimbulkan gejolak terhadap nilai tukar.

Ibrahim melanjutkan, kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia di awal tahun akan mengancam kegiatan ekonomi pada tahun ini.

Berdasarkan sentimen tersebut, Ibrahim memperkirakan pada perdagangan besok, Selasa (25/1/2022) akan ditutup melemah.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.320 - Rp14.370 per dolar AS,” tulis Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper