Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Beli Investor Asing Tambah Daya Indeks LQ45

Aliran modal asing (foreign capital inflow) di pasar saham menjadi salah satu pemompa kinerja indeks saham terlikuid LQ45 pada awal tahun ini.
Pengunjung berada di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengunjung berada di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Aliran modal asing (foreign capital inflow) di pasar saham menjadi salah satu pemompa kinerja indeks saham terlikuid LQ45 pada awal tahun ini.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan aksi beli bersih atau net buy dari investor asing pada awal tahun ini menjadi pendorong kenaikan harga saham blue chip yang ada di indeks LQ45 dan indeks IDX30.

“Biasanya investor asing itu beli saham blue chip atau yang berkapitalisasi pasar besar. Dana asing itu juga biasanya masuk lebih merata ke saham-saham berfundamental kuat seperti saham-saham LQ45 dan IDX30,” ujar Rudiyanto kepada Bisnis, Minggu (23/1/2022).

Dia menunjukkan saham-saham yang utamanya diincar investor asing pada awal tahun ini masih berasal dari sektor perbankan yaitu BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Adapun, keempat saham tersebut masuk ke dalam barisan 10 saham dengan kenaikan harga tertinggi di dalam indeks LQ45.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 21 Januari 2022, investor asing membukukan net buy senilai Rp6 triliun sejak awal tahun (year-to-date/ytd).

Pada saat bersamaan, indeks LQ45 tumbuh 3,04 persen ke level 959,76 sejak awal tahun. Kinerja indeks LQ45 lebih baik dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh 2,20 persen ytd.

Kinerja indeks LQ45 juga outperform dibandingkan dengan indeks saham berkapitalisasi pasar kecil dan menengah paling likuid atau indeks SMC Liquid yang melemah 1,68 persen.

Adapun, capital inflow di pasar saham terjadi ketika kasus Covid-19 varian Omicron tengah menyebar di Indonesia. Namun, Rudiyanto melihat sentimen pandemi tak terlalu menjadi yang utama di pasar modal selama pemerintah tidak memberlakukan pengetatan sosial.

“Dilihat dari pengalaman, tidak serta-merta saat Covid naik lantas IHSG turun. Jadi, kalau tidak ada pengetatan, menurut saya Covid ini sudah tidak menjadi sentimen di pasar modal,” tutur Rudiyanto.

Dalam waktu dekat, Rudiyanto menyebut investor juga akan menantikan laporan keuangan tahunan dari para emiten yang diikuti dengan periode pembagian dividen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper