Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun 2022, Analis Lebih Optimis Akan Kinerja Reksa Dana Campuran

Reksa dana campuran diprediksi prospektuf pada 2022 setelah mencapai kinerja terbaik dibandingkan indeks reksa dana lainnya.
ilustrasi investasi reksa dana
ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Analis mengungkapkan lebih optimistis dengan kinerja reksa dana campuran pada tahun ini yang diperkirakan sejalan dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan obligasi di dalam negeri.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyampaikan bahwa meski reksa dana campuran pada tahun 2021 mencatatkan return tertinggi yaitu 4,94 persen dibandingkan dengan instrumen reksa dana yang lain, tapi sesungguhnya masih di bawah target yang ditetapkan sebelumnya.

Hal ini terjadi menurutnya karena dua faktor utama, di mana pergerakan saham yang turun yang berdampak pada kinerjanya tetapi tertolong oleh kinerja obligasi.

Wawan menyampaikan bahwa pada tahun lalu yang mendorong pergerakan indeks adalah saham-saham berbasis teknologi dan bank digital.

Adapun produk reksa dana campuran, sama halnya dengan reksa dana saham cenderung memilih saham-saham yang fundamental dan likuiditasnya tinggi dan notabene saham tersebut merupakan saham berkapitalisasi besar yang kinerjanya tertekan tidak seperti kinerja saham teknologi dan bank digital.

Namun demikian untuk kinerja reksa dana campuran tertolong oleh kinerja obligasi yang positif di sepanjang 2021.

Sementara, Wawan menyampaikan pada tahun 2022 kinerja reksa dana campuran akan bergerak lebih optimis dan Infovesta menargetkan pertumbuhannya dalam rentang 7 persen-8 persen tahun ini.

“Secara kinerja tahun ini kita lebih optimis, terhadap IHSG karena at least dalam empat bulan terakhir, IHSG bergerak karena sektor big caps,” ungkap Wawan kepada Bisnis, Selasa (18/1/2022).

Dia memperkirakan, jika tren pergerakan IHSG tersebut terus berlanjut maka kinerja reksa dana campuran akan searah dengan pergerakan IHSG untuk saham-saham pilihan produknya.

Sementara itu, untuk pergerakan obligasi, Wawan menyampaikan bahwa ada kekhawatiran kenaikan suku bunga karena Amerika Serikat diketahui telah melakukan tapering off. Dia pun memproyeksikan kenaikan suku bunga di Indonesia akan terjadi dua kali di 3,25 persen ke 3,75 persen.

“Jadi meskipun kinerja obligasinya mungkin akan dibawah ekspektasi lagi tapi ya tidak akan sampai negatif juga. Untuk reksa dana campuran itu, best case-nya tumbuh sampai 7 persen-8 persen tahun ini,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper