Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Berpotensi Melemah, Cek Saham EXCL dan WTON

IHSG ditutup melemah 33 poin atau 0,49 persen menjadi 6.662 pada perdagangan Rabu (5/1/2022).
Pegawai melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melemah pada perdagangan Kamis (6/1/2022).

Sebelumnya, IHSG ditutup melemah 33 poin atau 0,49 persen menjadi 6.662 pada perdagangan Rabu (5/1/2022).

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, sektor teknologi, properti, transportasi dan logistik, consumer cyclicals, industrials, infrastruktur, energi, konsumer non-siklus, dan kesehatan mendominasi penurunan IHSG kemarin. Investor asing di seluruh pasar membukukan pembelian bersih sebesar Rp802 miliar.

Berdasarkan analisa teknikal, Nico melihat IHSG berpeluang melemah dan diperdagangkan di level 6.621-6.720.

Saham yang menjadi rekomendasi Pilarmas Investindo Sekuritas hari ini adalah EXCL dan WTON.

Lebih lanjut, menurut Nico sentimen datang dari pejabat The Fed yang telah bersiap untuk membuat beberapa kebijakan untuk mulai mendukung menyusutkan neraca, setelah The Fed menaikkan tingkat suku bunga.

"Hal ini sebagai bagian dari sikap The Fed melawan inflasi yang lebih agresif," kata Nico dalam risetnya, Kamis (6/1/2022).

Dia melanjutkan, pertemuan The Fed pada bulan Januari ini akan menjadi salah satu poin terpenting bagi pelaku pasar dan investor, terkait dengan rencana yang lebih pasti dengan kenaikkan tingkat suku bunga.

Apabila The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga pada bulan Maret mendatang, menurutnya ada kemungkinan Bank Indonesia akan melakukan hal yang sama atau selangkah lebih maju.

"Artinya BI akan menaikkan tingkat suku bunga lebih awal daripada The Fed. Namun, ini semua masih membutuhkan konfirmasi pada pertemuan The Fed pada bulan ini," tuturnya.

Sementara dari dalam negeri, Nico mengatakan pemulihan ekonomi di tahun 2022 menjadi harapan pelaku pasar. Kinerja dari neraca perdagangan yang mencatatkan surplus diharapkan dapat berlanjut di tahun ini. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper