Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan Reksa Dana Saham Bisa Cuan Tahun Ini, Simak Prediksi Panin AM

Dengan mempertimbangkan data historis yang masih di bawah IHSG, reksa dana saham dapat mengalami kenaikan 8 persen-15 persen pada 2022.
Karyawan memantau pergerakan harga saham di kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (11/10)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memantau pergerakan harga saham di kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (11/10)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana saham masih dapat menjadi pilihan sebagai instrumen investasi pada tahun 2022. Meski demikian, investor juga perlu mencermati alokasi aset yang tepat untuk memperoleh return maksimal.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menyebutkan, dari sisi return, reksa dana saham akan menjadi instrumen yang paling menjanjikan pada 2022.

Ia menjelaskan, salah satu sentimen yang akan mendorong reksa dana saham adalah prospek pemulihan perekonomian yang akan berlanjut pada tahun ini. Hal tersebut akan terjadi ditengah ancaman lockdown akibat varian omicron dan harga komoditas yang tinggi.

“Prospek pemulihan ekonomi ini akan turut memperbaiki kinerja laporan keuangan oara emiten,” jelasnya saat dihubungi Bisnis pada Selasa (4/1/2022)

Seiring dengan hal tersebut, ia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai level 7.400–7.600 atau naik sekitar 12,4 persen-15,4 persen.

Perekonomian yang kembali normal juga diharapkan dapat membuat investor saham kembali beralih pada sektor old economy yang valuasinya sudah relatif murah. Hal ini bertolak belakang dengan tren pada 2021 saat sektor new economy seperti teknologi dan bank digital menjadi penopang kenaikan IHSG.

“Pemulihan sektor old economy tersebut diyakini akan membuat produk reksa dana saham dapat mengejar ketertinggalannya dari IHSG,” lanjutnya.

Dengan mempertimbangkan data historis yang masih di bawah IHSG, Rudiyanto memperkirakan reksa dana saham dapat mengalami kenaikan 8 persen-15 persen pada 2022.

Adapun, dalam menentukan alokasi aset, investor perlu mempertimbangkan sejumlah hal. Pertama, tujuan investasi mulai dari jangka panjang, menengah hingga pendek. Kedua, keadaan keuangan yakni apakah hasil investasi dipakai untuk kebutuhan hidup atau masih ada sumber yang lain.

Selain itu, investor juga perlu mempertimbangkan profil risikonya masing-masing, mulai dari agresif, moderat, dan konservatif.

Rudiyanto menuturkan, dengan asumsi investor memiliki dana di atas Rp100 juta, masih di usia produktif dan memiliki tujuan investasi di atas 5 tahun, investor dapat mempertimbangkan alokasi di pasar uang sekitar 10 persen–20 persen, di pendapatan tetap sebanyak 10 persen–25 persen, dan pada reksa dana terproteksi dengan alokasi 10 persen–25 persen.

Kemudian, investor dapat menaruh dananya pada reksa dana campuran dengan alokasi sekitar 10 persen–30 persen. Terakhir, investor dapat memilih reksa dana saham dengan alokasi 10 persen hingga 35 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper