Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Global Bond Indonesia Masih Diburu Investor Asing di 2022, Ini Sebabnya

Pada 2022, pemerintah Indonesia kemungkinan akan menjaga frekuensi penerbitan global bond yang sama seperti pada 2021.
Pialang berjalan di Gedung Bursa Efek Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Pialang berjalan di Gedung Bursa Efek Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Minat investor luar negeri terhadap obligasi global (global bond) terbitan Indonesia diyakini tetap tinggi pada 2022 seiring dengan kondisi pasar surat utang yang kondusif dengan risiko yang cenderung minim.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana menjelaskan, minat investor terhadap global bond terbitan pemerintah Indonesia sepanjang tahun 2021 sangat baik. Hal tersebut seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi dan tingkat kupon yang ditawarkan oleh Indonesia dipandang menarik oleh investor asing.

“Menurut saya minatnya sangat baik, apalagi pada penawaran yang terakhir juga oversubscribed cukup banyak,” katanya saat dihubungi Bisnis pada Rabu (29/12/2021).

Fikri menjelaskan, prospek obligasi global yang diterbitkan pemerintah Indonesia pada tahun depan masih positif. Hal ini salah satunya ditopang oleh peringkat utang Indonesia yang masih berada di level BBB dengan prospek stabil.

Dengan peringkat utang tersebut, ia mengatakan persepsi risiko terhadap produk-produk surat utang terbitan Indonesia masih sangat menarik di mata investor asing. Potensi suku bunga acuan di Indonesia yang tetap rendah pada tahun depan juga akan membuat instrumen seperti global bond di Indonesia semakin atraktif.

Ia melanjutkan, pemberlakuan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang dimulai Januari 2022 juga membuka opsi pemerintah Indonesia untuk menerbitkan global bond dengan denominasi yang lebih banyak.

“Minatnya masih akan positif pada 2022, tetapi pemerintah juga perlu memberikan kupon dan imbal hasil (yield) yang atraktif dan sesuai dengan kondisi global agar tidak membebani keuangan negara,” jelasnya.

Di sisi lain, ia mengatakan investor asing juga akan memantau potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) pada tahun 2022. Program tapering yang dilakukan The Fed juga masih berpeluang menekan minat investor luar negeri untuk membeli global bond Indonesia.

“Selain itu, sikap hawkish beberapa bank sentral di dunia juga perlu diperhatikan seiring dengan pemulihan ekonomi global dan potensi kenaikan inflasi,” lanjutnya.

Fikri mengatakan, pemerintah Indonesia kemungkinan akan menjaga frekuensi penerbitan global bond yang sama seperti tahun 2021. Diversifikasi dari denominasi mata uang penerbitan juga diyakini tetap dilakukan untuk manajemen risiko serta menarik lebih banyak investor asing.

Menurutnya, penerbitan global bond yang dilakukan pemerintah Indonesia juga dapat menjadi salah satu alat untuk mengintervensi pergerakan nilai tukar rupiah. Hal tersebut sempat dilakukan pemerintah Indonesia pada tahun ini saat mengeluarkan global bond berdenominasi dolar AS pada 2021.

“Tahun ini, saat rupiah terdepresiasi beberapa waktu lalu, pemerintah emisi dolar bond. Setelah obligasi globalnya terbit, nilai rupiah kembali stabil. Langkah serupa dapat dilakukan pemerintah pada tahun depan jika pergerakan rupiah kembali memburuk,” pungkasnya.

Senada, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan investor asing masih akan mencari instrumen global bond Indonesia pada tahun depan.

Ia menjelaskan, tingginya minat investor pada tahun ini seiring dengan tren suku bunga rendah yang berlaku di pasar global. Selain itu, tingkat likuiditas global juga masih melimpah karena berasal dari dana-dana para investor yang belum dialokasikan pada sebuah instrumen (idle money) seiring dengan ketidakpastian global yang masih terjadi.

“Kepercayaan investor asing terhadap instrumen yang dikeluarkan Indonesia juga sangat baik, sehingga global bond yang ditawarkan kebanyakan melebihi target awal,” ujarnya.

Ramdhan melanjutkan, pada tahun depan, minat investor asing terhadap obligasi global Indonesia akan tetap tinggi. Ia memaparkan, salah satu sentimen positif yang mendukung outlook ini adalah tren historis pemerintah yang cukup baik. Sejak menerbitkan obligasi dan sukuk global, Indonesia belum pernah mencatatkan gagal bayar (default).

“Hal ini membuat investor yakin terhadap prospek sukuk global ataupun obligasi global yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, minat investor juga ditopang oleh pasar obligasi Indonesia yang mampu bertahan di tengah guncangan pandemi virus corona.

Dengan potensi pemulihan ekonomi yang positif pada 2022 dan kuatnya daya tahan investor domestik, Ramdhan memprediksi kondisi pasar obligasi Indonesia akan tetap kondusif meski dibayangi potensi kenaikan suku bunga The Fed.

“Sepanjang tahun 2021, yield SUN kita cenderung menguat di saat negara-negara lain melemah. Ini akan semakin meningkatkan daya tarik obligasi global pemerintah Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper