Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPO Indonesia Tembus US$4,8 Miliar pada 2021, Paling Aktif di Asean

EY memperkirakan, BEI akan menutup 2021 dengan 55 IPO sejumlah US$4,8 miliar termasuk di antaranya 2 transaksi yang merupakan IPO terbesar pertama dan kedua dalam sejarah BEI.
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia menjadi negara dengan aktivitas penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) terbesar di wilayah Asia Tenggara sepanjang 2021.

Ernst & Young (EY) dalam laporan bertajuk 2021 Global IPO Trends Report menyebutkan, pada kuartal IV/2021 terdapat 17 pendatang baru melakukan IPO di Indonesia dengan perolehan dana sekitar US$2,5 miliar. Jumlah tersebut naik signifikan dibandingkan catatan pada kuartal IV/2020, dengan 5 perusahaan IPO dengan perolehan dana sebesar US$24 juta.

EY memperkirakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menutup tahun dengan 55 IPO sejumlah US$4,8 miliar termasuk di antaranya 2 transaksi yang merupakan IPO terbesar pertama dan kedua dalam sejarah BEI.

Sahala Situmorang, Lead Strategy and Transactions Partner, PT Ernst & Young Indonesia, mengatakan selama kuartal IV/ 2021, BEI mengalami lonjakan signifikan dalam perolehan dana IPO.

“Ini bisa menjadi pertanda positif karena upaya vaksinasi mulai membuahkan hasil yang ditandai dengan penurunan tajam kasus baru Covid-19 dari puncak keduanya pada Juli 2021,” katanya dikutip dari keterangan resmi, Rabu (29/12/2021).

Secara rinci, aktivitas IPO di Indonesia terbagi secara merata baik untuk ukuran perusahaan maupun jumlah penggalangan dana. Jumlah perusahaan kategori kecil sebesar 32,7 persen, menengah 34,6 persen, dan besar 32,7 persen.

Angka ini berbeda dengan tahun lalu dimana 41,2 persen perusahaan yang go public dikategorikan kecil, 54,9 persen sedang, dan hanya 3,9 persen yang tergolong besar. sektor barang konsumsi nonprimer atau consumer cyclicals dan teknologi menjadi dua sektor yang paling ramai dalam IPO tahun ini, masing-masing berkontribusi sekitar 21,8 persen dan 14,6 persen dari total IPO.

Pada akhir Desember 2021, BEI mengeluarkan peraturan pencatatan baru yang memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam persyaratan pencatatan. Pendekatan ini diyakini akan memberikan akses yang lebih luas bagi berbagai jenis perusahaan untuk melantai di bursa.

Pada saat yang sama, BEI juga memperkenalkan pedoman bagi emiten untuk berpindah dari papan utama ke papan pengembangan dan sebaliknya.

“Pipeline IPO BEI untuk 2022 terlihat menjanjikan. Saat ini, ada sekitar 25 perusahaan baru yang berencana go public tahun depan, termasuk beberapa perusahaan terkait pemerintah dan unicorn. Oleh karena itu, pasar berharap untuk menyambut beberapa transaksi besar atau bahkan rekor baru di BEI,” jelas Sahala.

Menyusul di belakang Indonesia adalah Thailand dengan 40 IPO dan dana US$4,1 miliar, diikuti oleh Filipina dengan 6 IPO menghasilkan US$2,4 miliar, Singapura sebanyak 8 IPO menghasilkan US$1,2 miliar dan Malaysia yang mencatatkan 23 IPO dengan dana yang dihasilkan sebesar US$0,6 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper