Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Meraup Cuan Dividen di 2022. Ini Pilihan Sahamnya!

Analis Panin Sekuritas merekomendasikan investor untuk mulai mencermati saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF).
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa emiten dalam indeks High Dividen 20 bisa menjadi acuan dalam meraup legitnya pembagian laba bersih tahun depan.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto merekomendasikan investor untuk mulai mencermati saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF). Menurutnya ketiga konstituen dalam indeks High Dividen 20 itu berpeluang memberi manisnya keuntungan.

"Saya memilih ketiga konstituen saham itu karena secara teknikal menunjukkan sudah jenuh jual," katanyakepada Bisnis baru-baru ini.
Berdasarkan data Bloomberg, ketiga saham tersebut telah mengalami koreksi cukup dalam selama tahun berjalan.

INTP sebesar 15,39 persen, LPPF 10,20 persen dan CPIN 8,72 persen. Adapun price earning (PE) masing-masing emiten terpantau 26,56 kali, 17,73 kali dan 26,89 kali.

Sementara dari sisi kinerja keuangan, INTP mencetak laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk perseroan naik 8,24 persen menjadi Rp1,2 triliun, dari Rp1,11 triliun.

Selain itu, LPPF berhasil berbalik untung dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp439 miliar di kuartal III/2021. Sementara pada periode yang sama di tahun sebelumnya perusahaan mencatatkan rugi bersih sebanyak Rp617 miliar.

CPIN pun mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar Rp2,67 trilun atau naik sekitar 17 persen. Kenaikan ini terjadi ditengah penurunan pendapatan perusahaan.

William optimistis ketiga emiten akan membagikan dividen pada tahun depan. "Seharusnya mereka akan memberikan dividen kepad investor karena secara laporan keuangan juga tidak membukukan kerugian," imbuhnya.

Dari sisi indeks, William juga yakin indeks yang memuat emiten dengan rekam pemberian dividen terbesar itu masih akan tetap tumbuh. Akan tetapi, dia mengigatkan supaya investor tetap waspada.

"Indeks ini ke depannya akan fluktuatif efek pembagian dividen biasanya memicu kenaikan harga namun sesaat," ungkapnya.

Selama tahun berjalan indeks High Dividen 20 baru tumbuh 5,05 persen.

Adapun indeks yang memuat emiten dengan rekam jejak pemberian dividen terbesar itu dibuka pada level 455,19. Sampai dengan tanggal 24 Desember, indeks tersebut ditutup pada level 468,56.

Hal tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan indeks SMC Composite yang telah tumbuh 27,78 persen. Padahal, indeks tersebut hanya memuat emiten-emiten yang memiliki kapitalisasi kecil dan menengah.

Begitu pun bila dibandingkan dengan IHSG yang telah menguat 9,76 persen selama tahun berjalan. Berkat dorongan dari saham-saham sektor teknologi dan bank digital.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper