Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisikan Lo Kheng Hong dan Lesunya Indeks High Dividen 20

Performa Indeks High Dividen 20 cukup mengecewakan. Pasalnya indeks tersebut tercatat hanya tumbuh 5,05 persen. Kondisi ini sebenarnya tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan indeks SMC Composite yang telah tumbuh 27,78 persen.
Proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter - 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) / Tim Jelajah Komoditas Bisnis Indonesia
Proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter - 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) / Tim Jelajah Komoditas Bisnis Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Selama tahun berjalan, Indeks High Dividen 20 tercatat hanya tumbuh 5,05 persen.

Adapun, indeks yang memuat emiten dengan rekam jejak pemberian dividen terbesar itu dibuka pada level 455,19 di awal tahun. Namun, sampai dengan tanggal 24 Desember 2021, indeks tersebut ditutup pada level 468,56.

Kondisi ini sebenarnya tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan indeks SMC Composite yang telah tumbuh 27,78 persen. Padahal, indeks tersebut memuat emiten-emiten yang memiliki kapitalisasi kecil dan menengah.

Kenyataannya, IHSG sendiri hanya menguat 9,76 persen selama tahun berjalan. Hal ini berkat dorongan dari saham-saham sektor teknologi dan bank digital.

Melihat performa Indeks High Dividen 20, menimbulkan pertanyaan: apakah tuah dividen tidak lagi menarik di mata investor?

Jawaban pertanyaan ini tentunya akan dipatahkan oleh banyak pemain di pasar, termasuk investor kawakan Lo Kheng Hong. Pasalnya, para pencari cuan, tentunya masih mendambakan adanya dividen di akhir tahun. 

Lo Kheng Hong sendiri justru menyarankan investor mulai melirik saham komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

Dia melihat saham batu bara saat ini banyak yang punya price earning (PE) rendah di bawah 10 kali. Sedangkan saham CPO dinilai belum naik sebanyak kenaikan harga komoditasnya.

Sementara itu, menilik kinerja indeks High Dividen 20, beberapa saham dengan basis bisnis komoditas terpantau masih underperformed. Diantaranya adalah PTBA, UNTR, dan PGAS.

Harga saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terparkir di level Rp2.700 per saham atau turun 0,91 persen. Adapun PE perseroan terpantau di level 4,91 kali. Sesuai dengan 'bocoran' dari Lo Kheng Hong.

Dari sisi keuangan, PTBA membukukan pendapatan usaha Rp26,2 triliun hingga akhir November 2021. Perseroan juga mampu mencetak laba bersih Rp7 triliun pada 11 bulan 2021. Laba bersih ini menjadi capaian laba bersih tertinggi sepanjang sejarah PTBA.

Adapun, dari sisi dividen payout ratio (DPR), emiten batu bara itu dalam dua tahun terakhir berada di level 90 persen dan 35 persen.

Lebih lanjut, PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) yang sesama perusahaan pelat merah telah terkoreksi hingga 17,22 persen selama tahun berjalan. Terakhir, saham perseroan berhenti di level Rp1.370 per saham. Adapun PE perseroan terpantau masih sebesar 6,04 kali.

Dari sisi keuangan sampai dengan kuartal ketiga tahun ini, PGAS berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar US$286 juta atau setara Rp 4,07 triliun dengan kurs Rp14.243 per dolar AS per akhir September 2021. Angka tersebut meroket 437 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau year on year (yoy).

Perseroan sempat membagikan 100 persen laba bersih pada 2019, namun PGAS absen membagikan laba bersih pada tahun lalu.

Kemudian, PT United Tractors Tbk. (UNTR) dengan diversifikasi bisnis mulai dari penjualan alat berat, batu bara dan emas. Pun tidak luput dari koreksi sebesar 13,54 persen selama tahun berjalan.

Terakhir, saham perseroan berhenti di level Rp22.225 per saham dengan PE 7,93 kali. Sampai dengan kuartal III/2021, perseroan mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk melonjak 46 persen menjadi Rp7,8 triliun, dari Rp5,3 triliun pada periode yang sama tahun 2020.

Sejauh ini, Indeks High Dividen 20 juga ikut ditopang oleh saham dari sektor komoditas, yaitu PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yang telah menguat 58,78 persen dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) sebesar 55,29 persen.

Meski telah menguat selama tahun berjalan, PE kedua perseroan masih berada di level 8,84 kali dan 4,39 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper