Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Negeri Paman Sam Kembali Melambat, Dolar AS Merosot

Dolar AS merosot 0,19 persen terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya menjadi 96,257.
Karyawan menunjukan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Euro, dolar Australia dan mata uang lainnya kompak menguat setelah pulih terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (23/12/2021) pagi di Asia.

Adapun, kondisi ini dipicu para pedagang berubah lebih positif tentang prospek ekonomi, bahkan ketika kasus Omicron meroket dan investor bersiap untuk menghadapi lebih banyak volatilitas.

Selera risiko pasar pun telah meningkat sejak Senin (20/12/2021), ketika pasar diguncang oleh pembatasan pemerintah-pemerintah terkait dengan penyebaran varian Omicron, dan setelah Senator AS Joe Manchin mengatakan dia tidak akan mendukung paket pengeluaran fiskal baru.

"Dolar melemah karena dorongan penghindaran risiko [risk-off] terus surut," analis Brown Brothers Harriman mengatakan dalam sebuah laporan pada Rabu (22/12/2021), menambahkan bahwa "kita kemungkinan dalam periode konsolidasi untuk saat ini mengingat kurangnya penggerak baru yang besar."

Dikutip dari Antara, dolar AS merosot 0,19 persen terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya menjadi 96,257.

Namun, indeks dolar tetap mendekati level tertinggi satu setengah tahun di 96,938 yang dicapai pada 24 November 2021, di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve lebih dekat untuk menaikkan suku bunga daripada banyak bank sentral lainnya.

Data pada Rabu (22/12/2021) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS melambat tajam pada kuartal ketiga di tengah meningkatnya infeksi Covid-19, tetapi aktivitas telah meningkat, menempatkan ekonomi di jalur untuk mencatat kinerja terbaiknya tahun ini sejak 1984.

Euro terakhir naik 0,18 persen pada US$1,1310. Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko menguat 0,59 persen menjadi US$0,7196.

Dolar AS merosot 0,69 persen terhadap krona Norwegia menjadi 8,8770. Mata uang Norwegia telah diuntungkan dari kenaikan harga minyak dan gas serta memiliki musim yang positif untuk minggu-minggu sekitar Natal.

Sementara itu, poundsterling terangkat 0,44 persen menjadi US$1,3327, meskipun data menunjukkan ekonomi Inggris tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya pada periode Juli-September.

Minggu-minggu di kedua sisi Natal biasanya volatilitas rendah untuk mata uang dan kelas aset lainnya, analis di ING mengatakan, meskipun tahun ini beberapa kecenderungan musiman akan beragam dengan varian Omicron yang mengancam untuk memaksa pembatasan baru dan pasar masih memproses seminggu penuh keputusan bank-bank sentral utama.

Mata uang lira Turki stabil dan mempertahankan kenaikannya baru-baru ini setelah bergerak bak rollercoaster dan bangkit kembali dari rekor terendah karena langkah baru Presiden Tayyip Erdogan untuk menjaga tabungan warga Turki dari volatilitas. Di pasar uang kripto, bitcoin melemah 0,14 persen menjadi US$48.861.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper