Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Indika-Lo Kheng Hong (PTRO) Siapkan Belanja Modal Rp1,97 Triliun pada 2022

Petrosea (PTRO) menganggarkan 40 persen dari total belanja modal untuk mempertahankan kapasitas yang ada saat ini.
Aktivitas kontrak pertambangan PT Petrosea Tbk. Anak usaha Indika Energy ini memiliki pengalaman 48 tahun di bidang kontraktor pertambangan./petrosea.com
Aktivitas kontrak pertambangan PT Petrosea Tbk. Anak usaha Indika Energy ini memiliki pengalaman 48 tahun di bidang kontraktor pertambangan./petrosea.com

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten jasa pertambangan yang sahamnya dimiliki Grup Indika dan Lo Kheng Hong PT Petrosea Tbk. (PTRO) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure mencapai US$138 juta atau setara Rp1,97 triliun (kurs Rp14.300) pada 2022. Mayoritas dana dipakai pengembangan kapasitas.

Direktur Keuangan Petrosea Romi Novan Indrawan mengungkapkan rencana belanja modal mencapai US$138 juta pada tahun depan. Dia merinci 40 persen dari total dana tersebut dipakai mempertahankan kapasitas yang ada saat ini.

"Belanja modal US$138 juta, di kami belanja modal untuk mempertahankan kapasitas dan meningkatkannya. Maka digunakan sebanyak 40 persen untuk menjaga kapasitas yang ada dari total dana tersebut, sedangkan penambahan kapasitas sebesar 60 persen," urainya dalam paparan publik, Kamis (23/12/2021).

Lebih lanjut, dari total belanja modal tersebut alokasi tertinggi untuk 3 proyek utama yakni proyek tambang Kideco Jaya Agung, Freeport Indonesia, dan Karya Bhumi Lestari mencapai US$70 juta.

Sementara itu, hingga kuartal III/2021 total belanja modal aset tetap emiten berkode PTRO ini mencapai US$45 juta naik dibandingkan dengan realisasi tahun lalu US$39,1 juta.

Dengan rincian, belanja modal penambahan aset tetap menjadi US$32,3 juta dari US$25,5 juta, belanja komponen suku cadang US$12,4 juta dari US$13,4 juta, dan belanja pergantian alat berat dan peralatan US$0,3 juta dari US$0,2 juta.

Petrosea mencatatkan kenaikan total pendapatan sebesar 20,67 persen menjadi US$301,59 juta setara Rp4,31 triliun pada akhir September 2021.

Perusahaan mencatatkan biaya pre-operational demi mendukung beberapa proyek baru dan kembali berhasil mencatatkan kenaikan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 10,38 persen menjadi US$14,35 juta setara Rp205,2 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper