Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Borong Saham, Wall Street Rebound di Awal Perdagangan

Indeks Dow Jones menguat 1,19 persen ke 34.889,73, sedangkan indeks S&P 500 menguat 1,51 persen ke 4.636, 73 dan Nasdaq Composite menguat 1,41 persen ke 15.756,33.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat pada perdagangan Rabu (1/12/2021) karena pelaku pasar memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk kembali membeli saham.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones menguat 1,19 persen ke 34.889,73, sedangkan indeks S&P 500 menguat 1,51 persen ke 4.636, 73 dan Nasdaq Composite menguat 1,41 persen ke 15.756,33.

Setelah melemah tiga hari berturut-turut, seluruh indeks utama Wall Street reboung. Seluruh sektor indeks S&P 500 menguat, dipimpin oleh kenaikan saham-saham  perusahaan perjalanan dan bank.

Pelaku pasar berbondong membeli saham, dengan Vanda Research mencatat terjadi net buy hingga US$2,22 miliar di pasar sahaml

Penguatan juga dipicu oleh komentar hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Ia dan Menteri Keuangan Janet Yellen sebelumnya berbicara di hadapan Komite Keuangan DPR AS. Powell mengatakan bahwa inflasi yang sangat tinggi membuat bank sentral dapat mempercepat pengetatan kebijakan.

"Pasar masih memiliki keyakinan yang luar biasa bahwa The Fed pada dasarnya berkomitmen pada strategi tipe yang sangat lambat," ungkap Lisa Shalett, kepala investasi Morgan Stanley Wealth Management, dikutip Bloomberg, Rabu (1/12/2021).

“Kami melihat adanya volatilitas, terlepas dari beberapa komentar yang lebih hawkish dari The Fed. Beberapa dari investor yang kurang berpengalaman ini masih kecanduan mentalitas buy-the-dip.”

"Pepatah lama bahwa pasar membenci ketidakpastian terbukti, dan itu akan sejalan dengan kekuatan lainnya, kecintaan investor terhadap penurunan saham," kata Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper