Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (25/11/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.00 WIB IHSG dibuka naik pada posisi 6.694,95. IHSG sempat menyentuh level tertingginya pada 6.712,5 pada beberapa menit setelah pembukaan.
Tercatat, 233 saham menguat, 69 saham melemah dan 212 saham bergerak ditempat. Investor asing tercatat membukukan aksi net foreign buy sebesar Rp17,78 miliar
PT Perma Plasindo Tbk (BINO) menjadi top gainer teratas hingga pukul 09.02 WIB dengan kenaikan 34,78 persen ke Rp186. Menyusul di belakangnya adalah PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) dan PT Royalindo Investa Wijaya Tbk (INDO) dengan penguatan masing-masing 7,88 persen dan 7,69 persen,
Investor asing tercatat membeli saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar Rp26,3 miliar, atau yang terbanyak sejauh ini. Menyusul dibelakangnya adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) senilai Rp4 miliar dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) sebesar Rp1,1 miliar.
Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, sektor energi, infrastruktur, konsumer siklus, keuangan, industri dasar, properti dan real estat, dan konsumer non-siklus, mendominasi penguatan IHSG kemarin. Investor asing di seluruh pasar membukukan pembelian bersih sebesar Rp419 miliar.
Baca Juga
Berdasarkan analisa teknikal, Nico melihat IHSG berpeluang menguat terbatas dan diperdagangkan di level 6.650-6.754.
Saham yang menjadi rekomendasi Pilarmas Investindo Sekuritas hari ini adalah TLKM dan POWR.
Lebih lanjut, Nico mengatakan pejabat The Fed pada pertemuan awal bulan ini menyatakan keprihatinannya mengenai inflasi dan akhirnya mengatakan bersedia menaikkan tingkat suku bunga lebih cepat jika harga terus menerus mengalami peningkatan.
"Saat ini, inflasi yang berjalan di atas 6 persen dan yang tertinggi dalam kurun waktu 30 tahun terakhir menjadi perhatian para pejabat The Fed," kata Nico dalam risetnya, Kamis (25/11/2021).
Namun, beberapa pejabat The Fed juga mengatakan, The Fed bersedia untuk membiarkan inflasi menjadi lebih panas dari biasanya untuk mendorong ketenagakerjaan membaik. Akan tetapi, pelaku pasar dan investor melihat bahwa The Fed harus bertindak lebih agresif, agar inflasi terlihat dapat dikendalikan.
"Meskipun kami yakin, sekalipun The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga secara cepat, tetapi, inflasi terlihat terkendali di bawah The Fed," ujarnya.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia menyampaikan pemulihan ekonomi global masih akan berlanjut hingga tahun 2022. Hal ini tercermin dari ekonomi negara-negara di Eropa dan Jepang yang mulai menyusul Amerika Serikat, sementara di emerging market, ekonomi India, dan Asean-5 mulai menyusul China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel