Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Menguat Setelah Rilis Risalah Rapat The Fed

Indeks S&P 500 menguat 0,23 persen ke 4.701,46 dan Nasdaq naik 0,44 persen ke level 15.845,23.
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat pada perdagangan Rabu (24/11/2021) karena investor mengabaikan kekhawatiran atas penurunan yang disorot dalam risalah pertemuan terakhir Federal Reserve.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 menguat 0,23 persen ke 4.701,46 dan Nasdaq naik 0,44 persen ke level 15.845,23. Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,03 persen ke 35.804,38.

Indeks S&P 500 ditopang penguatan sektor real estat dan energi. Sementara itu, indeks Nasdaq 100 yang sarat saham teknologi mengungguli indeks utama. Volume perdagangan kurang dari rata-rata menjelang liburan Thanksgiving AS.

Risalah pertemuan Federal Reserve 2-3 November lalu yang dirilis Rabu (24/11/2021) waktu AS mencatat komite “tidak akan ragu untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi tekanan inflasi.”

Sejak pertemuan The Fed, inflasi melonjak ke level tertinggi sejak 1990 dan pejabat Fed mengatakan mungkin tepat untuk membahas percepatan laju pengurangan pada pertemuan Desember. Komentar ini telah memicu lonjakan imbal hasil Treasury pasar mengedepankan ekspektasi pada kenaikan suku bunga.

Kepala strategi investasi John Hancock Investment Management Emily Roland mengingatkan perlunya kehati-hatian terhadap risiko inflasi.

“Kita ngin memiliki beberapa siklus untuk memainkan rebound yang berkelanjutan dan ini terus berlanjut hingga pemulihan, tetapi kami hanya ingin sedikit mengerem,” ungkapnya, dikutip Bloomberg, Rabu (24/11/2021).

Sementara itu, pengeluaran pribadi AS naik melampaui perkiraan pada Oktober dari bulan sebelumnya, sementara ukuran inflasi yang diawasi ketat mencatat kenaikan tahunan terbesar dalam tiga dekade. Selain itu, data menunjukkan 199.000 orang membuat klaim pengangguran awal pada periode yang berakhir 20 November, paling sedikit sejak 1969.

"Ada petunjuk bahwa pasar tenaga kerja cukup bagus hari ini," ungkap Marvin Loh, ahli strategi makro global di State Street Corporation.

“Jika ada tanda-tanda bahwa pasar tenaga kerja akan pulih dengan sendirinya lebih cepat, katakanlah dari paruh kedua tahun depan, kenaikan suku bunga akan dilakukan. Kami sudah memperkirakan itu terjadi pada pertengahan 2022,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper