Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yield Obligasi AS Naik, Rupiah Dibuka Melemah di Hadapan Dolar AS

Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 16 poin atau 0,11 persen ke level Rp14.265 per dolar AS pada pukul 09.02 WIB, setelah dibuka di level Rp14.258 per dolar AS.
Karyawan menghitung mata uang rupiah di salah satu cabang MNC Bank, Jakarta. Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah di salah satu cabang MNC Bank, Jakarta. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah di hadapan dolar AS pada pembukaan perdagangan Selasa (23/11/2021). 

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.01 WIB, Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 16 poin atau 0,11 persen ke level Rp14.265 per dolar AS pada pukul 09.02 WIB, setelah dibuka di level Rp14.258 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,069 poin atau 0,07 persen ke level 96,479 pada pukul 20.52 WIB.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar rupiah berpotensi tertekan turun hari ini, dengan naiknya kembali yield obligasi pemerintah AS.

"Yield tenor 10 tahun saat ini telah kembali ke atas 1,6 persen," kata Ariston, Selasa (23/11/2021).

Ariston pun memperkirakan rupiah bisa bergerak melemah hari ini di kisaran 14.300, dengan support di kisaran Rp14.220.

Dikutip dari Bloomberg, dolar AS dan obligasi Treasury AS menguat setelah Biden akhirnya memutuskan memilih Powell menjadi ketua The Fed untuk masa jabatan kedua pada pagi ini, Selasa (23/11/2021).

Biden mengatakan Jerome Powell adalah orang yang tepat untuk memimpin bank sentral karena ekonomi AS terus membaik dari kontraksi pandemi dan pemerintah tengah upaya menghambat inflasi.

"Ini menjadi pekerjaan The Fed untuk mengimbangi dua target kunci. Pertama untuk memaksimalkan ketenagakerjaan sehingga semakin banyak orang Amerika mendapat pekerjaan. Kedua untuk menjaga inflasi tetap rendah dan stabil," kata Biden seperti dikutip Bloomberg, Selasa (23/11/2021).

Presiden Biden mengatakan memilih tidak akan mengganti Powell yang dipilih oleh Donald Trump. Hal ini diputuskan untuk mengedepankan stabilitas dan independensi di Federal Reserve.

"Jay [Powell] telah membuktikan independensi yang saya hargai. Dalam pemerintahan terakhir, dia menentang campur tangan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya," lanjut Biden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper