Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Infovesta Sarankan Investor Memilih Produk Reksa Dana Berisi Emiten Big Caps

Investor dapat memilih produk reksa dana yang memiliki porsi kepemilikan pada emiten berkapitalisasi besar untuk memaksimalkan return.
ilustrasi investasi reksa dana
ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Mulai membaiknya kinerja indeks yang berisi emiten berkapitalisasi besar, Infovesta menyarankan investor untuk memilih produk reksa dana saham maupun campuran yang memiliki porsi kepemilikan pada emiten berkapitalisasi besar.

“Investor dapat memilih produk reksa dana yang memiliki porsi kepemilikan pada emiten berkapitalisasi besar untuk memaksimalkan return,” tulis Infovesta dalam laporan mingguan dikutip Senin (15/11/2021).

Pada laporan mingguan Infovesta disebutkan, kinerja reksa dana saham dan reksa dana campuran ke depannya masih cukup prospektif seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19 di Indonesia.

Selain itu, saat ini aktivitas perekonomian di dalam negeri juga sudah mulai pulih dan juga rilis data neraca keuangan emiten menunjukkan perbaikan sehingga Infovesta yakin instrumen reksa dana saham dan campuran masih prospektif.

Sepanjang tahun hingga 12 November 2021, Infovesta mencatatkan pertumbuhan instrumen reksa dana campuran sebesar 4,35 persen dan untuk reksa dana saham telah naik sebesar 1,40 persen.

Berkaitan dengan itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat telah menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah di level 6.691 atau naik 28,53 persen sepanjang tahun (year to date/ytd) pada Kamis (11/11/2021) lalu.

Di mana perbaikan kinerja tersebut menurut Infovesta didukung oleh perbaikan performa dari saham-saham berkapitalisasi besar atau big caps yang tergabung dalam indeks LQ45, meski pada awal tahun lalu mengalami koreksi.

Hingga akhir Oktober 2021, indeks LQ45 sendiri telah mencatatkan kenaikan kinerja sepanjang tahun sebesar 1,89 persen.

Kendati demikian, di tengah kenaikan IHSG, Infovesta mengungkapkan terdapat aksi ambil untung (profit taking) oleh investor yang tergambar pada menurunnya dana kelolaan atau asset under management/ AUM reksa dana.

Aksi profit taking sendiri diperkirakan karena adanya sentimen negatif seperti tapering oleh The Fed dan kekhawatiran akan merebaknya varian baru Covid-19 di masa mendatang.

“Tapering The Fed seperti yang kita telah ketahui bersama memberikan sentimen negatif kepada pasar karena aliran dana asing yang semula masuk ke negara emerging market dapat kembali ke negara asalnya,” tulis Infovesta.

Sementara itu, merebaknya varian baru Covid-19 dikhawatirkan menyebabkan kembali naiknya kasus harian Covid-19 dalam negeri dan kembali diberlakukannya pengetatan mobilitas hingga menghambat laju pemulihan ekonomi dalam negeri.

Di sisi lain menurut Infovesta, pemerintah telah mengambil langkah antisipatif dengan penghapusan cuti bersama pada akhir tahun untuk mencegah kembali naiknya kasus Covid-19 dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper