Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Meredup, Imbas Rencana AS Buka Keran Cadangan

Harga minyak mentah turun lantaran Pemerintah AS berencana membuka keran cadangan minyak strategisnya.
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global bergerak di zona merah menantikan Pemerintah AS untuk memutuskan untuk mengalirkan cadangan minyak daruratnya atau tidak.

Pada perdagangan Rabu (10/11/2021) pukul 18.52 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat turun 0,43 poin atau 0,51 persen ke US$83,72 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent turun 0,12 poin atau 0,14 persen ke US$84,66 per barel.

Harga minyak mentah turun lantaran Pemerintah AS belum mengumumkan akan membuka keran cadangan minyak strategisnya (Strategic Petroleum Reserve/SPR) dan mengatakan akan mencari cara yang ada untuk mencegah harga naik terlalu tinggi.

Keputusan tersebut diambil setelah pemerintah setempat memprediksikan bahwa pasar minyak global kemungkinan akan kembali ke kondisi surplus pada kuartal pertama tahun depan dan akan meredam reli yang tengah terjadi.

Sementara itu, American Petroleum Institute (API) melaporkan cadangan minyak nasionnal AS turun 2,5 juta barel pada pekan lalu, namun masih ada kenaikan pasokan dari pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma.

Harga minyak melonjak ke level tertinggi selama tujuh tahun pada bulan lalu, melihat ekonomi global yang mulai pulih setelah diserang pandemi Covid-19. Selain itu, krisis energi global juga mendorong permintaan, membuat harga bensin AS naik dan memicu inflasi.

Kenaikan harga minyak ini membuat Presiden AS Joe Biden harus mempertimbangkan untuk mengeluarkan cadangan minyak darurat setelah negara anggota OPEC+ menolak untuk meningkatkan pasokan dengan meningkatkan lau produksi.

Selain itu, penguatan harga kali ini diperkirakan hanya akan terjadi jangka pendek melihat permintaan dan pasokan akan mulai melemah pada tahun depan.

“Pasar masih menunggu apakah Biden akan mengalirkan SPR untuk menahan kenaikan harga bahan bakar minyak di AS. Keputusan seperti itu hanya akan menyelesaikan masalah jangka pendek, dan malah menambah masalah permintaan dan pasokan jangka panjang,” kata Marc Rowell, broker energi senior di Britannia Global Markets, dilansir Bloomberg, Rabu (10/11/2021).

Sementara menantikan keputusan Biden terkait SPR, ada spekulasi bahwa AS kemungkinan akan berkoordinasi untuk membuka keran minyak darurat bersama dengan Jepang, yang juga sudah mendesak OPEC+.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper