Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Saham Tesla Anjlok 12 Persen

Saham Tesla melemah setelah CEO Elon Musk mengisyaratkan bahwa ia mungkin menjual sebagian sahamnya.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham di Amerika Serikat (AS) berakhir jatuh pada perdagangan Selasa (9/11/2021) waktu setempat. Saham Tesla Inc. ditutup lebih rendah 12 persen atau penurunan terbesar sejak September 2020.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (10/11/2021), indeks Dow Jones Indutrial Average ditutup turun 0,31 persen atau 112,24 poin ke 36.319,98, S&P 500 tergelincir 0,35 persen atau 16,45 poin ke 4.685,25, dan Nasdaq melemah 0,60 persen atau 95,81 poin ke 15.886,54.

S&P 500 mengakhiri kemenangan beruntun 8 sesi. Sehari sebelumnya, indeks ditutup di atas 4.700 untuk pertama kalinya. Meskipun Dow Jones dan Nasdaq juga memberikan kembali keuntungan, indeks masih bertengger di dekat rekor tertinggi baru-baru ini. Saham Tesla melemah setelah CEO Elon Musk mengisyaratkan bahwa ia mungkin menjual sebagian sahamnya.

Investor ekuitas selama sepekan terakhir mengendarai gelombang optimisme. Hal ini didukung pendapatan perusahaan kuartalan yang solid dan laporan ekonomi, yang datang bersamaan dengan data positif baru-baru ini untuk pil antivirus Covid-19 baru dari Pfizer (PFE) dan disahkannya rancangan undang-undang infrastruktur lebih dari US$1 triliun di Kongres AS.

Sekitar 89 persen perusahaan kontituen S&P 500 telah membukukan hasil kuartalan, tingkat pertumbuhan pendapatan yang diproyeksikan untuk indeks secara agregat mencapai hampir 40 persen, menurut FactSet. Tingkat pertumbuhan ini terus merayap lebih tinggi selama beberapa minggu terakhir karena lebih banyak perusahaan melampaui ekspektasi.

“Saya masih berpikir ini semua tentang keuntungan perusahaan. Tapi saya pikir penghasilan puncak bahkan bukan cerita 2022. Kami melihat permintaan konsumen yang solid, ekonomi AS yang kuat, dan saya pikir kita akan memiliki siklus belanja modal pada tahun 2022. Dan itu semua positif untuk keuntungan perusahaan, dan menopang pasar ini, menurut saya,” kata Marci McGregor, ahli strategi investasi senior Bank of America Merrill Lynch kepada Yahoo Finance Live.

Laporan pendapatan setelah penutupan pasar pada hari Senin datang beragam. Saham Roblox (RBLX) melonjak setelah membukukan pemesanan kuartal ketiga yang melebihi perkiraan Wall Street, dengan platform game tumbuh lebih jauh bahkan setelah peningkatan penggunaan awal terkait stay at home.

Namun, saham PayPal (PYPL) berbalik lebih rendah, karena investor menerima prospek setahun penuh perusahaan pembayaran yang mengecewakan. Ini membayangi pengumuman perjanjian baru dengan Amazon (AMZN) untuk menerima Venmo sebagai alat pembayaran tahun depan. AMC Entertainment (AMC) juga turun meskipun melampaui perkiraan penjualan triwulanan, dengan saham meme memberikan kembali beberapa keuntungan setelah naik 2.000 persen sepanjang tahun berjalan tahun ini.

Dalam laporan triwulanan dan panggilan analis, sejumlah perusahaan telah menyebutkan kendala seputar mendapatkan bahan baku, mengisi lowongan pekerjaan, mengelola kenaikan biaya input dan memberikan produk dan layanan kepada pengguna akhir.

Menurut Bank of America, penyebutan rantai pasokan pada laporan pendapatan triwulanan emiten telah melonjak 360 persen dibandingkan tahun lalu, menggarisbawahi sifat luas dari tekanan ini. Isu-isu terkait pasokan ini juga berkontribusi pada tren inflasi yang masih tinggi.

Laporan Indeks Harga Produsen pada Selasa dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan bahwa harga produsen naik 8,6 persen dibandingkan tahun lalu, menyamai tingkat Oktober untuk rekor tercepat dalam data sejak November 2010.

Saya memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 2022. Itu akan tetap tinggi tetapi akan bergerak lebih rendah di paruh kedua tahun 2022. Jadi sementara ini tentu saja menjadi masalah, itu adalah bagian dari apa yang harus kita harapkan dari pandemi,” Kristina Hooper, kepala strategi pasar global Invesco kepada Yahoo Finance Live.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper