Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Indonesia (GIAA) Tutup Rute, Citilink Siap Isi?

Apabila restrukturisasi GIAA berhasil dilakukan, akan ada pergeseran antara perseroan dengan anak usahanya, Citilink.
Selama masa pembatasan penerbangan, perusahaan memaksimalkan utilisasi pesawat dengan mengoperasikan 20 persen armadanya sebagai angkutan kargo. /Citilink
Selama masa pembatasan penerbangan, perusahaan memaksimalkan utilisasi pesawat dengan mengoperasikan 20 persen armadanya sebagai angkutan kargo. /Citilink

Bisnis.com, JAKARTA – Anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), Citilink, akan diarahkan untuk mengisi sejumlah rute penerbangan yang ditinggalkan induk usahanya seiring dengan upaya restrukturisasi dan penyehatan keuangan.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan, apabila restrukturisasi GIAA berhasil dilakukan, akan ada pergeseran antara perseroan dengan anak usahanya, Citilink.

Ia menjelaskan, Citilink nantinya akan dominan mengisi rute-rute khusus untuk maskapai penerbangan bertarif rendah atau low cost carrier (LCC) yang tadinya dimiliki oleh Garuda Indonesia. Sementara itu, Garuda Indonesia akan fokus pada rute-rute penerbangan utama dengan potensi penerimaan yang tinggi.

“Kedepannya nanti Citilink bisa lebih besar dan fokus ke LCC. Sedangkan, GIAA akan fokus ke rute-rute yang gemuk seperti Jakarta – Surabaya atau Jakarta – Denpasar,” jelasnya di sela-sela kunjungan ke Depo LRT Jabodebek, Rabu (10/11/2021).

Sementara itu, Ia menjelaskan, GIAA juga terus berdiskusi dengan para kreditur dan pihak penyewa pesawat atau lessor.

Ia menuturkan, dari 32 lessor yang tengah berdiskusi dengan GIAA, sekitar 70 persen diantaranya berpotensi menyetujui kesepakatan restrukturisasi. Hal tersebut karena sejumlah pesawat yang telah disewakan kepada GIAA kini mulai digunakan lagi seperti seri Boeing 737 atau Airbus A320.

“Yang sisa 20 persennya memang akan cukup sulit, seperti Bombardier dan lessor Boeing 777 karena kita sudah tidak terbang ke luar negeri lagi. Ini perlu ada sweetener dalam kesepakatannya atau perlu dibawa juga ke ranah hukumnya,” jelasnya.

Sebelumnya, emiten berkode saham GIAA tersebut berencana memangkas jumlah rute yang diterbangi maskapai dari 237 rute menjadi hanya 140 rute.

Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra menjelaskan perusahaan menanggung kerugian akibat beroperasinya sejumlah maskapai di rute-rute yang tidak mendorong pendapatan. Pendapatan yang diperoleh maskapai dari rute-rute tertentu ini tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.

Selain itu, maskapai dengan jenis layanan penuh tersebut menilai ada dua jenis pesawat yakni Bombardier CRJ dan ATR yang membuat rugi. Ada juga rute-rute dengan jumlah penumpang minim masih dapat dibuka karena memiliki volume kargo yang mencukupi.

Tak hanya dalam negeri, perusahaan telah mengurangi secara masif penerbangan untuk rute internasional. Pada awal 2020, perusahaan memangkas rute penerbangan ke Amsterdam, London, dan Nagoya.

Sejalan dengan pengurangan rute, perusahaan pun meminimalkan frekuensi ke rute-rute tertentu. Salah satunya Jakarta-Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper