Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penambang Batu Bara Yakin Cuaca Ekstrem Bantu Tahan Koreksi Harga

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menilai kondisi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi mulai akhir tahun ini hingga awal 2022 akan memicu kelangkaan batu bara dan menahan koreksi harga.
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy

Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara global diperkirakan akan mengalami penurunan usai reli panjang akibat intervensi pemerintah China meliputi peningkatan produksi dalam negeri hingga membatasi harga komoditas.

Namin, Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menilai kondisi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi mulai akhir tahun ini hingga awal 2022 akan memicu kelangkaan batu bara dan menahan koreksi harga.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menuturkan kondisi cuaca ini diyakini bisa mebantu mengurangi percepatan koreksi harga yang terjadi karena intervensi oleh pemerintah China yang mendorong terjadinya penurunan harga dalam beberapa pekan terakhir.

Saat ini,  dia menyampaikan China mewaspadai musim dingin ekstrem dengan suhu udara yang lebih rendah dari biasanya akibat dampak fenomena La Nina.

Kondisi cuaca ekstrem itu bisa mengganggu produksi batu bara di negara tersebut dan meningkatkan konsumsi batu bara untuk menghalau suhu rendah.
Sedangkan di negara pemasok, seperti Indonesia, fenomena La Nina diperkirakan akan memicu bencana hidrometeorologi yang dapat menghambat aktivitas produksi batu bara dan jalur distribusi.

Akhir tahun lalu, importir batu bara China sepakat membeli batu bara dari Indonesia selama tiga tahun ke depan dengan nilai transaksi mencapai 1,46 miliar dolar AS atau setara Rp20,6 triliun.

Adapun, kesepakatan itu tertuang dalam penandatanganan kerja sama antara China Coal Transportation and Distribution (CCTDA) dengan APBI terkait ekspor batu bara.

Sejak komitmen itu, kini Indonesia menjadi andalan China sebagai pemasok utama batu bara pasca negara Tirai Bambu itu menangguhkan impor dari Australia akibat ketegangan diplomatik.

Hendra menuturka  penambang batu bara di Indonesia akan tetap melaksanakan produksi maksimal sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) memanfaatkan jeda cuaca untuk mengatasi penurunan produksi akibat cuaca ekstrem.

Sedangkan dari sisi distribusi, penambangan akan mengatur jadwal pengapalan bila memungkinkan dengan tetap memperhatikan arahan dari pihak otoritas kepelabuhanan. Langkah itu dilakukan sebagai antisipasi kemungkinan pelabuhan menutup jalur pelayanan akibat gelombang tinggi selama cuaca ekstrem.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Kementerian ESDM menyatakan harga baru bara acuan (HBA) November 2021 menyentuh angka 215,01 dolar AS per ton atau naik 33 persen dibandingkan harga bulan lalu yang hanya 161,63 dolar AS per ton.

Harga bulan ini merupakan level HBA tertinggi dalam satu dekade terakhir.

Menurut APBI, kenaikan harga batu bara acuan disebabkan permintaan dari China meningkatkan menyusul mulai memasuki musim dingin serta kondisi cuaca buruk, sehingga kegiatan produksi dan transportasi baru bara di provinsi produsen batu bara terganggu.

Faktor komoditas lain, seperti kenaikan harga gas alam juga memiliki pengaruh dalam menentukan harga batu bara global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper