Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tapering The Fed di Depan Mata, Kepemilikan Asing Pada SBN Turun

hingga akhir Oktober 2021, tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tercatat sebesar Rp950,98 triliun atau 21,39 persen dari total surat utang.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia menunjukkan penurunan jelang kepastian kebijakan tapering The Fed.

Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga akhir Oktober 2021, tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tercatat sebesar Rp950,98 triliun atau 21,39 persen dari total surat utang.

Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan kepemilikan pada pertengahan Oktober lalu sebesar Rp955,15 triliun atau 21,43 persen dari total SBN. Sementara, pada akhir September lalu, tingkat kepemilikan asing terhadap SBN Indonesia adalah sebesar Rp966,11 triliun, mencakup 21,72 persen dari total surat utang.

Adapun, pada periode Desember 2020 lalu, investor asing memiliki 25,16 persen atau Rp973,91 triliun dari SBN Indonesia yang dapat diperdagangkan.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memaparkan, tingkat kepemilikan asing dari SBN Indonesia sejauh ini masih cukup baik meski menunjukkan tren penurunan.

“Penurunannya cenderung tidak terlalu besar dan lebih disebabkan oleh dinamika pasar saja. Sentimen tapering ini telah muncul sejak awal tahun sehingga dampaknya sudah tidak terlalu signifikan,” jelasnya saat dihubungi pada Rabu (3/11/2021).

Ramdhan memaparkan, program tapering yang dilaksanakan The Fed akan memicu investor untuk beralih ke pasar AS dari emerging market seperti Indonesia. Akibatnya, pasar obligasi Indonesia akan kembali merasakan capital outflow meski tidak setinggi pada masa awal pandemi virus corona.

Aliran dana yang keluar tersebut akan berimbas pada penurunan tingkat kepemilikan asing terhadap SBN Indonesia. Selain itu, tingkat likuiditas di pasar SUN Indonesia akan turut terdampak.

“Pasar SUN kita saat ini masih ditopang oleh investor domestik karena tingkat kepemilikan asing yang belum pulih. Kalau para investor domestik lebih wait and see, maka likuiditas pasar juga akan terimbas,” jelasnya.

Meski demikian, Ramdhan menilai pelemahan yang terjadi pada pasar SUN Indonesia akan cenderung terbatas. Hal ini seiring dengan kondisi pasar SUN domestik yang masih didominasi oleh investor dalam negeri.

Ia mengatakan, aksi jual SUN yang dilakukan investor asing dapat diserap oleh investor domestik. Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor utama tingkat imbal hasil (yield) SUN Indonesia dapat bergerak stabil.

Ia melanjutkan, tingkat kepemilikan asing terhadap SBN Indonesia diprediksi akan mulai kembali di awal tahun mendatang seiring dengan meredanya isu tapering. Ramdhan optimistis investor asing akan kembali ke SBN Indonesia mengingat return atraktif yang ditawarkan.

“Yield kita masih sangat bagus di emerging market. Rating utang Indonesia juga masih stabil sehingga daya tarik pasar SBN kita juga terjaga,” pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper