Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Window Dressing di Depan Mata, Saham Mana yang Masih Murah?

Window dressing adalah strategi yang digunakan oleh manajer investasi untuk mempercantik portofolionya sebelum dipresentasikan kepada klien atau pemegang saham.
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini akan kembali ke zona hijau setelah melakukan koreksi sehat jelang momentum aksi investor melakukan window dressing atau mempercantik portofolio. Aksi tahunan ini diperkirakan akan terjadi hingga akhir tahun nanti seiring kebutuhan manajer investasi mempercantik laporan keuangan sebagai acuan laporan.

Window dressing adalah strategi yang digunakan oleh manajer investasi untuk mempercantik portofolionya sebelum dipresentasikan kepada klien atau pemegang saham.

SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menjelaskan IHSG mungkin dapat menembus level tertinggi sepanjang masa pada tahun depan sepanjang harga komoditas masih positif.

"Windows dressing mendekati akhir tahun sudah pasti terjadi," katanya kepada Bisnis, Minggu (31/10/2021).

Hita mengatakan momen IHSG tembus all time high juga masih memiliki ruang untuk terwujud. Dia memperkirakan rekor harga tertinggi itu kemungkinan terjadi pada tahun depan. "Selama harga komoditas masih tren positif tahun depan," urainya.  

Bursa Efek Indonesia merangkum, sejauh ini capital inflow dari investor asing sudah masuk net buy senilai US$1,5--US$1,8 miliar. Saat yang sama nilai rupiah juga masih melanjutkan penguatan.

Dengan demikian, aksi windows dressing akan berlanjut hingga akhir tahun dengan pendorong utama dari krisis rantai pasok energi yang mengakibatkan kenaikan harga komoditas.

Kenaikan harga komoditas akan membuat daya beli konsumen meningkat khususnya kenaikan harga sawit yang sudah menembus all time high.

Hal ini akan berdampak terhadap kenaikan kinerja sejumlah sektor. Sektor-sektor yang menarik terangnya akan berujung pada rekomendasi beli di pasar modal bagi emiten-emiten terkait.

Kinerja positif diperkirakan terjadi pada sektor otomotif, Janson pun merekomendasikan buy on weakness (BoW) saham ASII di level 5500 dengan TP 6700, sektor perbankan dengan BoW untuk BBRI di harga 3900 dengan TP 4700 dan BBNI BoW di level 6350 dengan TP 7100.

Rekomendasi lainnya, sektor barang konsumen dengan rekomendasi BoW untuk ICBP di level 8800 dengan TP 10.000, properti rekomendasi BoW untuk BSDE pada harga 1050 dengan TP 1400, dan sektor semen  rekomendasi BoW SMGR di level 8500 dengan TP 10.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper