Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa Merespons Penyusutan Defisit APBN RI

Penguatan rupiah didorong oleh respons positif pasar terhadap realisasi defisit APBN pada September 2021 senilai Rp452 triliun.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah ditutup menguat pada hari ini sementara mata uang lain di kawasan Asia Pasifik ditutup beragam.

Mengutip Bloomberg pada Selasa (26/10/2021), rupiah terapresiasi 0,04 persen menjadi Rp14.153 per dolar AS. Sejak awal tahun, rupiah melemah 1,86 persen.

Bersama dengan rupiah, dolar Taiwan naik 0,12 persen, won Korea Selatan naik 0,10 persen, dan yuan China naik 0,06 persen.

Di sisi lain, bhat Thailand turun 0,31 persen, yen Jepang turun 0,26 persen, dan peso Filipina turun 0,12 persen.

Pada saat bersamaan, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang naik 0,13 persen menjadi 93.943.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan penguatan rupiah didorong oleh respons positif pasar terhadap realisasi defisit APBN pada September 2021 senilai Rp452 triliun atau setara dengan 2,74 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit itu mengalami penurunan sebesar 33,7 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp681,4 triliun.

"Kemudian secara bersamaan pemerintah memproyeksi target pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021 mencapai 4,3 persen. Proyeksi ini membaik dari minus 3,5 persen pada kuartal III/2020," tulis Ibrahim dalam riset harian, Selasa (26/10/2021).

Adapun, optimisme membaiknya pertumbuhan ekonomi pada periode Juli - September 2021 ditopang oleh sejumlah indikator yang rebound setelah varian Delta Covid-19 mendorong pemerintah memberlakukan PPKM Darurat.

Kendati demikian, pemerintah tetap mengingatkan untuk waspada terhadap risiko dan dinamika global yang terjadi terutama di China, AS, dan Eropa. Ibrahim mengatakan rebalancing dari berbagai kegiatan ekonomi di kawasan-kawasan tersebut berpotensi memengaruhi outlook perekonomian pada kuartal IV/2021 dan tahun depan.

Dari sisi eksternal, Ibrahim mengatakan penguatan dolar AS didorong oleh laporan di China menunjukkan pemerintah kemungkinan mengalihkan fokus dari regulasi yang lebih ketat di sektor-sektor yang menjadi perhatian menjadi ke arah sektor yang menopang pertumbuhan ekonomi. Adapun, kekhawatiran meningkat di China terkait dengan kekuarangan pasokan listrik yang dapat menyebabkan penghentian produksi dan kekurangan produk di rantai pasokan.

Sementara itu, fokus investor saat ini mengarah ke keputusan kebijakan dari pertemuan Bank Sentral Jepang (BOJ) dan Bank Sentral Eropa (ECB) yang berakhir pada Kamis (28/10/2021). Konsensus pasar memperkirakan tak satu pun dari bank sentral tersebut akan mengumumkan perubahan kebijakan walaupun ECB kemungkinan bakal membahas tentang tekanan inflasi.

Ibrahim pun memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah di rentang Rp14.160 - Rp14.200 pada perdagangan esok hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper