Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Sambut Musim Lapkeu Emiten, Wall Street Tembus Rekor Tertinggi

Indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi sepanjang masa, dipimpin oleh penguatan sektor konsumen diskresioner, energi, dan bahan baku.
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat sekaligus kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa pada Senin (25/12/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,18 persen ke 35.741,15, sedangkan indeks S&P 500 naik 0,47 persen ke 4.566,48 dan Nasdaq Composite menguat 0,9 persen ke 15.226,71.

Pelaku pasar bersiap untuk serangkaian laporan keuangan emiten teknologi besar, termasuk Facebook Inc., sambil tetap mempertimbangkan kekhawatiran inflasi dan meningkatnya risiko Covid-19.

Indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi sepanjang masa, dipimpin oleh penguatan sektor konsumen diskresioner, energi, dan bahan baku. Saham PayPal Holdings Inc. menguat 2,7 persen setelah perusahaan layanan keuangan tersebut mengatakan tidak mengejar akuisisi Pinterest Inc. senilai $45 miliar.

Sementara itu, saham Tesla Inc. melonjak 12,66 persen setelah menerima pesanan untuk 100.000 mobil dari Hertz Global Holdings Inc. sementara itu, Facebook Inc. melaporkan laba sebesar US$9.19 miliar setelah penutupan perdagangan. Saham Facebook ditutup menguat 1,26 persen.

Chief Strategist Principal Global Investors Seema Shah mengatakan tahun ini pasar saham telah diuntungkan dari pertumbuhan pendapatan yang kuat.

“Tetapi karena ekonomi melambat dan kondisi pasar menjadi lebih menantang, selektivitas akan menjadi kuncinya. Mempertahankan ekuitas dengan rating overweight, dengan fokus pada faktor-faktor seperti kualitas, akan semakin penting bagi investor yang bertujuan untuk menyeimbangkan portofolio di lingkungan pasar ke depan,” ujar Seema, seperti dikutip Bloomberg, Senin (25/10/2021).

Sementara itu, harga minyak memangkas penguatan setelah mencapai US$85 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014 dengan para pedagang fokus pada rencana perundingan antara Iran dan Uni Eropa yang dapat mengarah pada kembalinya kesepakatan nuklir 2015.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS dengan tenor lebih pendek dan dolar AS menguat setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menekankan bahwa inflasi dapat tetap tinggi dalam waktu lama, memicu kekhawatiran investor bahwa kenaikan harga dapat memaksa pembuat kebijakan untuk menaikkan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper