Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Ada Tekanan Pasokan, Harga Minyak Mentah Catat Penguatan Mingguan

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Desember ditutup menguat 0,92 poin atau 1,1 persen ke level US$85,53 per barel.
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah kembali ditutup menguat pada akhir perdagangan Jumat (22/10/2021) menyusul sentimen rendahnya pasokan, terlepas dari kekhawatiran bahwa rendahnya permintaan akibat pandemi Covid-19 masih belum berakhir.

Dilansir Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Desember ditutup menguat 0,92 poin atau 1,1 persen ke level US$85,53 per barel. Kontrak acuan global ini menyentuh level tertinggi tiga tahun di US$86,10 pada Kamis (21/10) dan telah menguat 1 persen dalam sepekan terakhir.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember ditutup menguat 1,26 poin atau 1,5 persen ke level US$83,76 dolar AS per barel, tidak jauh dari level tertinggi tujuh tahun yang dicapai pekan ini. WTI melonjak 1,7 persen pekan ini dan naik untuk minggu kesembilan berturut-turut.

Harga telah didorong oleh kekhawatiran tentang kekurangan batu bara dan gas di China, India dan Eropa, mendorong beberapa pembangkit listrik untuk beralih dari gas ke bahan bakar minyak dan solar.

Cuaca musim dingin di sebagian besar Amerika Serikat diperkirakan lebih hangat dari rata-rata, menurut perkiraan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA).

Minyak mentah AS mendapat dukungan minggu ini karena investor mengamati stok minyak mentah yang rendah di pusat penyimpanan AS di Cushing, Oklahoma.

Data Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (20/10/2021) menunjukkan stok minyak mentah di Cushing turun menjadi 31,2 juta barel, level terendah sejak Oktober 2018.

Analis PVM mengatakan permintaan bensin AS tampaknya mengalami periode luar biasa karena permintaan mencapai level tertinggi untuk sepanjang tahun ini sejak 2007 meskipun harga di SPBU tinggi.

"Pasokan masih sangat, sangat ketat, pasar hanya berhati-hati tentang kemungkinan peningkatan kasus Covid di Rusia, China, dan sekarang Jerman," kata analis senior Price Futures Group Phil Flynn, dikutip Sabtu (23/10/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper