Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa AS Beragam, Investor Pantau Laporan Keuangan

Wall Street bergerak naik-turun di tengah sentimen rilis data kinerja emiten dan runtuhnya harga komoditas.
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat dibuka beragam seiring dengan pertimbangan investor terhadap laporan keuangan perusahaan. 

Pada pembukaan perdagangan Kamis (21/10/2021) pujul 20.52 WIB, Dow Jones turun 0,18 persen ke 35.546,18, S&P 500 Indeks koreksi 0,16 persen ke 4.528,81, sedangkan Nasdaq naik 0,19 persen ke 15.150,91.

Saham AS sedikit berubah pada Kamis karena investor mempertimbangkan pendapatan perusahaan yang beragam terhadap ekspektasi inflasi yang meningkat. Treasuries dan dolar sedikit berubah.

S&P 500 datar setelah hampir mencapai rekor penutupan pada hari Rabu. Saham Tesla Inc. dan International Business Machines Corp membebani indeks acuan setelah meleset dari estimasi pendapatan kuartal ketiga. Sementara itu, AT&T Inc. naik karena pertumbuhan pelanggan yang lebih baik dari perkiraan.

Di Eropa, Stoxx 600 melemah, dipimpin oleh kerugian sumber daya dasar karena melemahnya harga komoditas. Volvo Group jatuh setelah peringatan kekurangan chip dan masalah rantai pasokan akan menghambat pembuatan truk. Di tempat lain, Unilever Plc naik setelah menunjukkan bisa mendorong kenaikan biaya bahan baku ke konsumen.

Saham Jepang di Hong Kong jatuh sementara di China naik. Hasil kinerja perusahaan telah membantu meredakan kekhawatiran tentang meningkatnya tekanan biaya.

Namun, beberapa investor kehilangan kepercayaan pada narasi Federal Reserve tentang inflasi yang bersifat sementara. Ekspektasi pasar untuk inflasi AS untuk setengah dekade ke depan telah melonjak ke level tertinggi dalam 15 tahun.

Namun, ada beberapa tanda pemulihan ekonomi yang menggembirakan. Laporan klaim pengangguran terbaru secara tak terduga turun ke level terendah sejak Maret 2020.

"Pekerjaan bagus ditambah inflasi tinggi menciptakan pukulan satu-dua yang signifikan terhadap sikap akomodatif The Fed," kata Mike Loewengart, direktur pelaksana strategi investasi di E*Trade Financial, paparnya seperti dikutip dari Bloomberg.

"Pelonggaran dan bahkan kenaikan tarif di jalan bisa mulai dipercepat jika kita melihat lebih banyak momentum seperti ini, yang secara buruk dapat menciptakan hambatan bagi pasar."

"Perlu diingat bahwa kita dekat atau pada rekor tertinggi, jadi ini bisa menciptakan beberapa volatilitas," tambahnya. "Tetapi beberapa minggu terakhir benar-benar tentang pendapatan, jadi berita positif di bagian depan itu bisa menjaga momentum bullish tetap berjalan."

Tiffany Wilding, wakil presiden eksekutif dan kepala ekonom di PIMCO, mengatakan inflasi kemungkinan akan moderat pada akhir tahun depan, yang memberi Fed lebih banyak ruang bernapas.

“Kami melihat beberapa tanda yang sangat menggembirakan bahwa ekonomi benar-benar berakselerasi, dan ini membuat kami lebih yakin bahwa (The Fed) dapat melanjutkan bisnis yang kami perkirakan pada November ini,” kata Wilding.

“Pergi ke tahun depan, kita akan melihat upah meningkat, dan itu karena kita telah melihat peningkatan yang luas dalam produktivitas dalam perekonomian.”

Sementara itu, harga minyak mentah tergelincir dan Bitcoin jatuh dari puncak sepanjang masa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper