Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hong Kong Terapkan MVS Dengan Ketat

Pasar modal di Hong Kong memiliki koneksi untuk menarik minat pemodalan dari China dan secara global. Aliran dana yang masuk pun kebanyakan dari investor global.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Hong Kong Exchanges and Clearing Limited (HKEX) menerapkan secara ketat kebijakan multiple voting shares (MVS) untuk melindungi investor.

Managing Director at Hong Kong Exchanges and Clearing Limited (HKEX) Christina Bao mengatakan pasar modal di Hong Kong memiliki koneksi untuk menarik minat pemodalan dari China dan secara global. Aliran dana yang masuk pun kebanyakan dari investor global.

Hal itu membuat arus dana menjadi sangat likuid dan kompetitif. Christina menambahkan pihaknya telah menerapkan strategi MVS lebih dari tiga tahun. Dalam kurun waktu tersebut setidaknya ada tujuh perusahaan yang menggunakan skema tersebut.

Tetapi, HKEX menerapkan kriteria yang ketat sebelum mengijinkan perseroan mengambil skema MVS. “Perusahaan itu haruslah inovatif dan punya dampak yang signifikan. Selain itu harus ada bukti atau kesuksesan besar yang telah mereka raih,” katanya Jumat (15/10/2021).

Menurutnya operator pasar modal harus lincah dan cepat dalam memahami tren perubahan yang kini kerap terjadi seiring pertumbuhan teknologi. Christina berpendapat bursa perlu mengerti kebutuhan perusahaan dan menyelaraskannya dengan investor.

Di sisi lain, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan Indonesia menjadi negara dengan pencatatan saham tertinggi di kawasan ASEAN. Menurutnya pencatatan saham di Thailand hanya sebanyak 24 perusahaan, Malaysia 23 perusahaan, Filipina 4 perusahaan dan Singapura 1 perusahaan.

"Sampai dengan September tahun ini, BEI mencatat ada 38 perusahaan yang IPO di BEI, dan di pipeline masih terdapat beberapa perusahaan dalam pipeline bursa," katanya.

Adapun dari sisi penggalangan dana tercatat sebesar Rp33,2 triliun atau naik lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya di kisaran Rp 5 triliun. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper