Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Pembukuan Laba Jadi Katalis Saham Bank Jago (ARTO)?

Kalangan analis menilai saham Bank Jago masih cukup prospektif, dengan konsensus analis di level Rp19.995.
Gojek resmi mengumumkan kolaborasi dengan Bank Jago, Kamis (22/7/2021). Integrasi tahap awal dengan aplikasi Jago akan melengkapi opsi pembayaran non-tunai yang tersedia di aplikasi Gojek. /Dok. Bank Jago
Gojek resmi mengumumkan kolaborasi dengan Bank Jago, Kamis (22/7/2021). Integrasi tahap awal dengan aplikasi Jago akan melengkapi opsi pembayaran non-tunai yang tersedia di aplikasi Gojek. /Dok. Bank Jago

Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bank Jago Tbk. diperkirakan prospektif setelah pada perdagangan kemarin berhasil memutus tren negatif dalam sebulan terakhir. Sebagian besar analis juga masih menjagokan saham bank digital ini.

Pada perdagangan Selasa (12/10/2021), saham Bank Jago ditutup menguat 2,83 persen ke posisi Rp12.700. Nilai transaksi mencapai Rp542 miliar dan investor asing mencatat aksi beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp55,93 miliar di seluruh pasar. 

Sejak ditutup menguat di posisi Rp16.675 pada 23 September 2021, saham berkode ARTO itu terus terkoreksi hingga menyentuh level Rp 12.000. Di saat saham bank-bank digital meredup, saham-saham komoditas dan bank konvensional mencatat tren bullish yang dipicu kenaikan harga komoditas seperti CPO dan batu bara.

Direktur Equator Swarna Investama Hans Kwee menilai dalam perspektif investor, saat ini hanya bank konvensional yang menyalurkan kredit ke sektor komoditas, bukan bank digital.

“Jadi, ketika harga komoditas terbang tinggi, investor beranggapan bank bank besar bakal ikut ketiban berkah,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Rabu (13/10/2021).

Dia menambahkan, penguatan saham Bank Jago kemarin mencerminkan saham tersebut sudah  masuk fase jenuh jual. Ketika tekanan jual mereda, investor mulai mengakumulasi kembali saham tersebut.

Menurut Hans, saham-saham bank digital akan tetap dipertimbangkan oleh investor. Namun, dia menilai saat ini investor cenderung selektif dalam mengoleksi saham bank digital. Bank yang menyandang status fully digital, dan terintegrasi dengan ekosistem, menurutnya bakal kembali menjadi primadona. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan secara teknikal saham Jago menunjukkan tanda tanda pembalikan arah (reversal). 

“Ke depannya kami perkirakan masih rawan koreksi dalam jangka pendek. Saham Jago akan menguji area Rp12.700 terlebih dahulu. Namun demikian, apabila mampu bertahan di atas Rp12.575 sebagai supportnya, maka ARTO berpeluang menguat kembali,” kata Henditya.

Selain itu, pelaku pasar menganggap harga Jago saat ini jauh lebih rendah dari harga beli Ribbit Capital pada saat mengumumkan investasi di Jago. Investor menilai Jago layak dikoleksi karena telah menjadi portfolio investor kakap sekelas Ribbit, yang terkenal sangat jeli dalam melakukan valuasi. 

Ke depan, saham Jago masih memiliki banyak ruang untuk menguat kembali. Faktor pemicunya adalah publikasi data kinerja kuartal III/ 2021 yang akan dirilis pada akhir Oktober. Beredar rumor Jago akan mencetak profit pada kinerja kuartal III/2021. 

Informasi ini telah terendus sejak Jago mencatatkan pertumbuhan kredit yang impresif pada kuartal II lalu dan rasio keuangan yang semakin baik dari waktu ke waktu. Jika ini terjadi, Jago akan menjadi salah satu bank digital tercepat dalam menghasilkan laba bersih. 

Per 10 Oktober 2021, konsensus analis di Bloomberg menunjukkan sebanyak 14 dari 16 analis memberikan rekomendasi Buy, 1 neutral, dan 1 sell. Target price konsensus untuk saham Bank Jago adalah Rp 19.995 yang berlaku dalam rentang waktu 12 bulan.

Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira menjelaskan bank digital akan tetap menjadi primadona karena diperkirakan mampu membuat persaingan industri perbankan menjadi lebih efisien, jumlah sektor usaha yang dibiayai pinjaman meningkat, serta mampu menciptakan ekosistem digital yang semakin lengkap.

Kedepan, bank digital yang mampu meningkatkan integrasi layanan dengan platform digital lain, serta mampu menjadi leader dalam inovasi teknologi, berpotensi menjadi market movers. 

“Integrasi layanan yang dimaksud misalnya nasabah cukup membuka tabungan bank digital di platform e-commerce, sebaliknya nasabah juga bisa lakukan investasi reksadana saham di bank digital tanpa harus membuka akun baru di platform khusus investasi. Ini akan memberikan user experiences yang berbeda dari bank tradisional,”kata Bhima

Berikut data konsensus analis di Bloomberg terhadap saham ARTO.

BRI Danareksa Buy 20.000
KISI Buy 18.750
Mandiri Sekuritas Buy 22.000
Credit Suisse Outperform 22.600
Ciptadana Buy 22.500
HSBC Buy 20.000
Bernstein Underperform 10.000
Nomura Buy 22.500
Morgan Stanley Overweight/In Line 20.268
Citi Buy 18.500
Sucor Sekuritas Buy 22.400
Trimegah Buy 20.500
Macquarie Neutral 14.900
CGS CIMB Add 20.000
Indopremier Buy 21.000
Verdhana Buy 25.500
 
 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper