Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yield Treasury dan Dolar AS Naik, Harga Emas Terkikis

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, merosot 6,7 poin atau 0,38 persen ke US$1.760,90 per troy ounce.
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. /Bloomberg
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melemah pada akhir perdagangan Selasa (5/10/2021) karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar AS kuat merusak daya tarik logam safe haven tersebut.

Dilansir dari Antara, kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, merosot 6,7 poin atau 0,38 persen ke US$1.760,90 per troy ounce. Sehari sebelumnya, Senin (4/10/2021), emas berjangka naik 9,2 poin atau 0,52 persen ke US$1.776,60.

"Kenaikan dolar AS dan imbal hasil obligasi, setelah kemunduran yang terlihat selama beberapa hari terakhir dan rebound di pasar ekuitas, mendorong emas turun," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger, dikutip Rabu (6/10/2021).

Dolar AS menguat mendekati level tertinggi satu tahun pekan lalu terhadap rival utamanya, sehingga membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sementara itu, Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun yang dijadikan acuan, yang pekan lalu naik ke level tertinggi sejak Juni di 1,5670 persen, terakhir naik ke level 1,5223 persen.

Data tenaga kerja non-farm payroll AS yang akan dirilis pada Jumat (8/10) diperkirakan menunjukkan peningkatan berkelanjutan di pasar tenaga kerja, yang dapat mendorong Federal Reserve AS untuk mulai mengurangi stimulus moneternya sebelum akhir tahun.

Pengurangan stimulus dan suku bunga yang lebih tinggi mengangkat imbal hasil obligasi, membebani emas karena meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak berbunga.

"Sementara emas masih bisa bergerak lebih tinggi, pergerakan signifikan akan membutuhkan menembus di atas resistensi teknis, terutama rata-rata pergerakan 21 hari," kata analis Saxo Bank Ole Hansen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper