Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Jadi Katalis Peningkatan Investor Ritel di Pasar Reksa Dana

Tren perkembangan digitalisasi selama pandemi turut mendorong masyarakat berinvestasi reksa dana.
ilustrasi investasi reksa dana
ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya diakui menjadi katalis positif untuk peningkatan partisipasi investor ritel di pasar reksa dana, beriringan dengan perkembangan kontribusi channeling penjualan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data Agen Penjualan Reksa Dana (APERD) di Indonesia, hingga Mei 2021 APERD memiliki total 5,28 juta nasabah individu atau ritel.

Jumlah nasabah tersebut melonjak 181,06 persen jika dibandingkan dengan jumlah nasabah di periode yang sama pada tahun sebelumnya, 2020 yaitu sebanyak 1,88 juta nasabah ritel.

Sementara pada Mei 2019, di masa awal pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia jumlah nasabah ritel APERD adalah sebanyak 853.324 nasabah individu.

Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga mengungkapkan dari perkembangan tersebut, perbankan maupun fintech sebagai medium penjualan produk reksa dana juga terut bertumbuh dalam 1,5 tahun terakhir.

Dia menjelaskan, kontribusi dari perbankan terus naik secara konsisten dari tahun ke tahun naik dari sisi jumlah investor maupun asset under management (AUM) alias dana kelolaan reksa dana.

“Di sisi lain, perkembangan jumlah investor yang berinvestasi lewat jalur fintech memang luar biasa jumlahnya. Namun memang secara AUM kenaikan yang ada masih bersifat moderat,” ungkap Antony saat dihubungi Bisnis, Selasa (29/9/2021).

Perkembangan tersebut menurut Antony sesuai dengan thesis jangka panjang Trimegah bahwa secara nasional, posisi AUM atau gross domestic product (GDP) Indonesia hanya sekitar 4 persen. Di mana angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand di level 15 hingga 30 persen.

Posisi AUM diproyeksikan Antony baru akan bergerak naik secara agresif ketika GDP per kapita Indonesia telah melebihi angka US$5.000, yang diperkirakan masih akan terjadi dalam tiga hingga lima tahun mendatang.

Direktur Utama Surya Timur Alam Raya Asset Management (STAR AM) Reita Farianti saat wawancara bersama Bisnis di pertengahan September lalu mengungkapkan bahwa boleh dikatakan komposisi investor ritel dibandingkan investor industri di perusahaannya adalah 90 persen berbanding 10 persen.

“Karena satu tahun belakangan ini STAR AM sangat agresif untuk memperluas channel penjualannya lewat perusahaan sekuritas online, fintech online, kemudian lewat bank dan lain-lain,” ungkap Reita dikutip Rabu (29/9/2021).

Reita pun mengungkapkan bahwa saat ini STAR AM tengah bekerja sama dengan 10 APERD yang memberikan kontribusi jumlah investor ritel yang cukup masif. Dia juga menerangkan bahwa pada tahun sebelumnya STAR AM baru bekerjasama dengan 2 APERD.

Perluasan channel penjualan reksa dana itu ungkapnya membuat perusahaan manajer investasi tersebut memiliki “tangan” tambahan untuk menjangkau klien secara langsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper