Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menguat di Tengah Badai Evergrande

Penguatan dolar AS dipicu ketidakpastian atas pengembang properti China Evergrande yang terlilit utang membantu greenback bangkit kembali dari penurunan tajam di sesi sebelumnya.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS menguat pada akhir perdagangan Sabtu pagi di Asia dan bersiap untuk kenaikan minggu ketiga berturut-turut terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.

Penguatan dolar AS dipicu ketidakpastian atas pengembang properti China Evergrande yang terlilit utang membantu greenback bangkit kembali dari penurunan tajam di sesi sebelumnya.

Seperti diketahui, Evergrande Group berutang US$305 miliar dan perusahaan mengalami kekurangan likuiditas, melewatkan tenggat waktu Kamis (23/9/2021) untuk membayar US$83,5 juta kupon bunga. Hal ini telah membuat investor mempertanyakan apakah mereka akan melakukan pembayaran sebelum masa tenggang 30 hari.

Runtuhnya perusahaan tersebut dapat menciptakan risiko sistemik terhadap sistem keuangan China.

Dolar AS mengalami persentase penurunan satu hari terbesar dalam sekitar satu bulan pada Kamis (23/9/2021) setelah Beijing menyuntikkan uang tunai baru ke dalam sistem keuangan dan Evergrande mengumumkan akan melakukan pembayaran bunga pada obligasi dalam negeri, sehingga meningkatkan sentimen risiko.

Adapun, yuan China di pasar luar negeri melemah terhadap greenback pada 6,4641 per dolar. Penurunan yuan terjadi sehari setelah dolar AS terangkat oleh pengumuman Federal Reserve AS pada Rabu (22/9/2021) bahwa kemungkinan akan mulai memangkas pembelian obligasi bulanan segera setelah November dan kenaikan suku bunga mungkin mengikuti lebih cepat dari yang diperkirakan ketika bank sentral menjauh dari kebijakan krisis pandemi.

“Kami berada dalam salah satu situasi, dan ini tidak selalu terjadi, di mana dolar diuntungkan oleh banyak gagasan,” kata Joseph Trevisani, Analis Senior di FXStreet.com.

“Ekonomi AS memang terlihat lebih baik daripada sebagian besar pesaingnya, ada ketakutan yang tersisa di luar sana atas Evergrande dan apa lagi yang ada di luar sana dalam sistem ekonomi dan politik China yang agak tidak transparan, ditambah The Fed tampaknya akhirnya siap,” lanjutnya

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,237 persen, dengan euro turun 0,2 persen menjadi 1,1713 dolar.

Presiden Fed Kansas City, Esther George mengatakan pasar tenaga kerja AS telah memenuhi ujian bank sentral untuk mengurangi pembelian obligasi bulanannya, dan diskusi sekarang harus beralih ke bagaimana kepemilikan obligasi besar-besarannya dapat memperumit keputusan kapan harus menaikkan suku bunga.

Pernyataan tersebut dipertegas oleh Presiden Fed Cleveland Loretta Mester. Dia menggemakan sentimen untuk tapering tahun ini, dan mengatakan bank sentral dapat mulai menaikkan suku bunga pada akhir tahun depan jika pasar kerja terus membaik seperti yang diharapkan.

Dalam sambutan yang disiapkan dalam sesi mendengarkan bersama sejumlah besar pemain ekonomi, Gubernur Fed Jerome Powell tidak menguraikan prospek kebijakan ekonomi atau moneternya sendiri, yang telah ia uraikan pada penutupan pertemuan Fed dua hari pada Rabu (22/9/2021).

Sterling melemah sehari setelah komentar hawkish dari bank sentral Inggris (Bank of England) pada Kamis (23/9/2021) mendorong pound ke persentase kenaikan satu hari terbesar sejak 23 Agustus.

Yen Jepang melemah 0,43 persen versus greenback di 110,77 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan di 1,3666 dolar, turun 0,36 persen.

Mata uang kripto merosot setelah regulator China yang paling kuat meningkatkan tindakan keras negara itu terhadap aset digital, dengan larangan menyeluruh pada semua transaksi kripto dan penambangan kripto.

Bitcoin, mata uang kripto terbesar di dunia, terakhir turun 5,89 persen menjadi US$42.256,47. Sementara itu, Ether turun 8,08 persen menjadi 2.899,10 dolar, sementara XRP terakhir turun 7,28 persen menjadi 0,93 dolar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper