Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Terimbas Nada Hawkish The Fed

Selain rupiah, sebagian mata uang Asia juga terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (23/9/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda terpantau dibuka melemah 2,50 poin atau 0,02 persen ke Rp14.245 per dolar AS. Indeks dolar AS juga terpantau melemah 0,01 persen di posisi 93,45.

Sebagian mata uang lain di kawasan Asia juga terpantau melemah terhadap dolar AS, diantaranya rupee India terpantau melemah 0,34 persen, peso Filipina turun 0,27 persen, baht Thailand turun 0,20 dan yen Jepang yang melemah 0,10 persen.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan dolar AS masih sempat melemah tipis sebelum kembali menguat, sehari setelah suasana risk-off yang didominasi oleh ketidakpastian pemecahan masalah Evergrande China.

"Untuk perdagangan hari ini, rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun berpeluang ditutup menguat di rentang Rp14.230 - Rp14.290 per dolar AS,” jelas dia dalam riset harian, dikutip Kamis (23/9/2021).

Sentimen dari pernyataan The Fed juga turut dipertimbangkan oleh investor. Mengutip Antara, Federal Reserve membuka jalan untuk mengurangi segera pembelian obligasi bulanannya dan mengisyaratkan kenaikan suku bunga mungkin mengikuti lebih cepat dari yang diperkirakan.

Adapun setengah dari 18 pembuat kebijakan bank sentral AS memproyeksikan biaya pinjaman perlu meningkat pada 2022.

“Pengurangan pelonggaran kuantitatif tampaknya sangat mungkin terjadi sekarang pada November, tetapi ini adalah sesuatu yang diberikan dan tetap tercantum dalam banyak kriteria kualifikasi jika berbagai risiko muncul, apakah itu debat plafon utang, prospek Covid, intervensi pasar properti China,” kata Steven Violin, manajer portofolio di F.L. Putnam Investment Management Company di Wellesley, Massachusetts.

Sementara itu, tim riset Monex Investindo Futures menjelaskan, dolar AS nampak menguat di awal hari Kamis (23/9), setelah pernyataan The Federal Reserve yang bernada hawkish pada pertemuan semalam. Hal ini memberi sinyal peluang kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS dapat dilaksanakan lebih cepat dari prediksi sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper