Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks FTSE Global Equity Index Dirombak, Bagaimana Dampaknya?

Biasanya, efek rebalancing akan terasa dalam bentuk perubahan harga saham konstituen yang ditambahkan maupun yang dikeluarkan dalam beberapa pekan ke depan. 
Pengunjung berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI)  di Jakarta, Jumat (25/9/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (25/9/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Dampak perombakan konstituen dalam indeks FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific Ex-Japan Ex-China dinilai hanya sementara.

Biasanya, efek rebalancing akan terasa dalam bentuk perubahan harga saham konstituen yang ditambahkan maupun yang dikeluarkan dalam beberapa pekan ke depan. 

Untuk saham yang ditambahkan ke dalam indeks akan mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, untuk saham yang dikeluarkan dari indeks cenderung akan melemah.

Terbaru, penyedia data dan indeks pasar modal Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russel merombak daftar saham dalam indeks FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific Ex-Japan Ex-China.

Adapun perubahan dalam semi annual review ini akan efektif pada penutupan perdagangan Jumat (17/9/2021) atau pada awal perdagangan Senin (20/9/2021)

Secara keseluruhan, sebanyak 17 saham domestik dimasukkan dan 12 saham dikeluarkan dalam semi annual review kali ini. Sedangkan sisanya hanya berpindah kelas saja.

Untuk indeks saham berkapitalisasi besar (large cap), saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) masuk setelah keluar dari indeks saham berkapitalisasi kecil (small cap).

Sementara itu, saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dikeluarkan dari indeks large cap dan masuk ke indeks saham berkapitalisasi menengah (mid cap).

Adapun dari kelompok indeks mid cap tidak ada saham yang dikeluarkan. Selanjutnya kelompok saham kapitalisasi kecil (small cap), terdapat dua saham baru yang dimasukkan yaitu saham PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO) dan saham PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN).

Selain BRIS, saham PT Eagle High Plantations Tbk. juga dikeluarkan dari indeks small cap dan terhapus dalam rebalancing kali ini.

Direktur Avrist Asset Management Farash Farich menilai BRIS yang naik kelas ke kelompok big cap dalam indeks FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific Ex-Japan Ex-China ini akan menambah sentimen positif terhadap pergerakan harga sahamnya.

“Saya rasa positif sekali untuk BRIS terutama mengingat valuasinya tidak mahal,” kata Farash kepada Bisnis, Rabu (16/9/2021).

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. mengumumkan untuk melakukan transformasi bertahap untuk mencapai visi perusahaan menjadi top 10 bank syariah global berdasarakan kapitalisasi pasar dalam waktu 5 tahun. 

Setelah resmi merger pada Februari 2021, Bank Syariah Indonesia melakukan transformasi tahap pertama pada periode Juni hingga Desember 2021. 

Dalam materi paparan public expose yang disampaikan kepada Bursa, ada beberapa fokus perseroan pada tahap tersebut, yaitu customer centric dan penguatan risk management serta digitalisasi dan transaksi.

Sementara itu, Farash melanjutkan, nasib SMGR juga tidak akan terlalu buruk setelah berpindah ke kelompok mid cap

“Untuk SMGR mungkin ada efek sesaat, tapi kebetulan kinerja bisnisnya lagi membaik jadi mungkin bisa menangkal faktor [negatif] keluar dari indeks large cap,” jelas Farash.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2021, SMGR mencatatkan laba senilai Rp794,12 miliar atau naik 29,66 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp612,46 miliar.

Adapun, pendapatan juga terpantau naik 1,16 persen secara tahunan menjadi Rp16,21 triliun pada semester I/2021 dibandingkan Rp16,02 triliun pada semester II/2021.

Untuk mengimbangi penurunan permintaan semen dari dalam negeri, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Semen Indonesia Doddy Sulasmono mengatakan perseroan akan menaikkan volume ekspor. 

Setali tiga uang, proporsi ekspor yang lebih besar juga akan mengelakkan SMGR dari kompetisi akibat kelebihan pasokan di pasar domestik.

SMGR saat ini memiliki portofolio pasar ekspor di Asia, Australia, sampai Afrika. Pasar tersebut akan dioptimasi Semen Indonesia untuk mendapatkan harga yang terbaik dan optimal. Selain itu, perseroan saat ini menjajaki penjualan ekspor ke Amerika dan Afrika.

Di lantai bursa, saham BRIS ditutup turun 1,42 persen menjadi Rp2.090 pada Rabu (15/9/2021). Sejak awal tahun, harga turun 7,11 persen dengan kapitalisasi pasar Rp85,96 triliun.

Sedangkan SMGR ditutup stagnan setelah sempat menguat di sepanjang hari perdagangan di level Rp8.900. Harga koreksi 28,37 persen dengan kapitalisasi pasar Rp52,79 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper