Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melanjutkan Pelemahan ke Rp14.252 per Dolar AS

Pelemahan mata uang garuda bersama sejumlah mata uang asia lainnya tertekan oleh indeks dolar yang menguat pada perdagangan hari ini naik 0,18 atau 0,2 persen di 92,693.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Pada penutupan perdagangan Rabu (8/9/2021), rupiah parkir di zona merah di hadapan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda melemah 40 poin atau 0,28 persen, parkir di Rp14.252 per dolar AS. Sepanjang hari ini rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.212 - Rp14.277 per dolar AS.

Tim riset Monex Investindo Futures (MIFX) menyebutkan bahwa pelemahan mata uang garuda bersama sejumlah mata uang asia lainnya tertekan oleh indeks dolar yang menguat pada perdagangan hari ini naik 0,18 atau 0,2 persen di 92,693.

“Selain itu, dolar AS yang menguat di tengah kenaikan yang kuat dalam imbal hasil obligasi Pemerintah AS,” tulis tim riset MIFX pada riset harian, Rabu (8/9/2021).

Sebelumnya, pada Jumat (3/9), greenback sempat jatuh ke level terendah sejak awal Agustus setelah laporan tenaga kerja AS yang mengecewakan. Hal ini mendorong para analis untuk meningkatkan taruhan bahwa Federal Reserve tidak akan mengurangi stimulusnya dalam beberapa bulan mendatang.

Kepala analis valas Scotiabank Shaun Osborne Federal Reserve masih cenderung bergerak menuju tapering pada akhir tahun ini, sehingga ekonomi AS kemungkinan akan berkinerja relatif kuat.

“Jadi pandangan kami adalah penurunan dolar kecil, pelemahan dolar kecil mungkin merupakan peluang beli," kata Osborne, Selasa (7/9/2021).

Selain itu, dolar AS juga diuntungkan dari kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS karena pemerintah AS menjual surat utang baru minggu ini, termasuk surat utang tenor tiga tahun senilai US$58 miliar, obligasi 10 tahun senilai US$38 miliar dan oblgasi 30 tahun sebesar US$24 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper