Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Timah Memanas, Laba TINS Meroket 169 Persen pada Semester I/2021

Harga jual rata-rata timah naik sampai 69 persen year on year (yoy) dari US$16.461 per metrik ton menjadi US$27.858 per metrik ton.
Suasana fasilitas pengolahan timah milik PT Timah Tbk. (TINS) di Mentok, Bangka, Indonesia, Selasa (19/11/2013)./Bloomberg-Dimas Ardian
Suasana fasilitas pengolahan timah milik PT Timah Tbk. (TINS) di Mentok, Bangka, Indonesia, Selasa (19/11/2013)./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang timah PT Timah Tbk. (TINS) mencatatkan kinerja keuangan yang cukup baik pada semester I/2021. Harga timah yang sedang naik menjadi pendorong laba kendati pendapatan dan produksi menurun.

Berdasarkan laporan keuangan semester I/2021, emiten berkode saham TINS mencatat pendapatannya turun 27 persen ke Rp5,87 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,03 triliun.

Adapun, produksi bijih timahnya pada paruh pertama 2021 tercatat turun 54 persen ke 11.457 ton dari tahun sebelumnya sebanyak 25.081 ton. Selain itu, produksi logam timahnya turun 57 persen ke 11.915 ton dari tahun sebelumnya 27.833 ton.

“Dari sisi penjualan, beriringan dengan produksi, mengalami penurunan 60 persen ke 12.523 ton dari semester I/2020 sebanyak 31.508,” jelas Direktur Keuangan TINS Wibisono pada paparan publik, Rabu (8/9/2021).

Meskipun terjadi penurunan, perseroan masih mencatatkan laba dan EBITDA yang cemerlang. Untuk EBITDA perusahaan para paruh pertama tahun ini tercatat melesat 199 persen ke Rp1,04 triliun dari tahun sebelumnya hanya Rp348 miliar.

Kemudian, laba operasional perseroan melambung 378 persen dari minus Rp227 miliar menjadi Rp630 miliar pada semester I/2021. Selanjutnya, untuk laba bersih perseroan berhasil mencatat kenaikan 169 persen ke Rp270 miliar dari tahun sebelumnya masih minus Rp390 miliar.

“Naiknya harga logam timah akibat menyusutnya supply di pasar, ditambah efisiensi yang terukur menjadi faktor naiknya margin dan laba perseroan,” jelas Wibisono.

Tercatat pada semester pertama, harga jual rata-ratanya naik sampai 69 persen year on year (yoy) dari US$16.461 per metrik ton menjadi US$27.858 per metrik ton.

Wibisono juga menyebutkan perseroan telah mengurangi beban keuangan, outstanding utang kredit, beban kerja untuk mendorong capaian kinerja perseroan semester I/2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper