Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Likuiditas Melemah, Fitch Ratings Pangkas Peringkat Agung Podomoro (APLN)

APLN memiliki sekitar Rp200 miliar biaya bunga yang jatuh tempo pada Desember 2021 dari utang global bond dan pinjaman kepada perusahaan ekuitas swasta Guthrie.
Proyek Neo Soho Podomoro City besutan PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN)
Proyek Neo Soho Podomoro City besutan PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN)

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings memangkas peringkat PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) beserta obligasi global US$300 juta perseroan yang jatuh tempo 2024, menjadi CCC dari sebelumnya CCC+.

Fitch menilai, penurunan peringkat mencerminkan memburuknya likuiditas APLN yang melemahkan kemampuannya untuk membayar utang lebih dari enam bulan ke depan.

“Kami memperkirakan saldo kas APLN di perusahaan induk pada akhir Juni 2021 jauh lebih rendah dari ekspektasi awal kami,” tulis tim riset Fitch, dikutip Senin (16/8/2021).

Posisi kas yang lebih lemah terjadi pada saat kapasitas anak perusahaan APLN untuk menaikkan dividen kemungkinan akan terpengaruh oleh penerapan kembali pembatasan pergerakan akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, penjualan aset yang direncanakan APLN dinilai tetap tidak pasti.

Fitch menilai APLN masih memiliki beberapa opsi untuk menutup kekurangan pada kasnya, tetapi ini tidak memberikan ruang pembiayaan yang cukup bagi perusahaan untuk menjamin peringkat yang lebih tinggi.

Fitch mencatat, APLN memiliki sekitar Rp200 miliar biaya bunga yang jatuh tempo pada Desember 2021 dari utang global bond dan pinjaman kepada perusahaan ekuitas swasta Guthrie. Selanjutnya Rp200 miliar akan jatuh tempo pada Juni 2022.

APLN menerima dana Rp1,6 triliun pada kuartal IV/2020 dan kuartal I/2021 melalui penjualan mal Central Park (CP) dan tanah curah, yang seharusnya cukup untuk memenuhi pembayaran ini.

Namun, perseroan menyalurkan dana tersebut untuk mendanai pembangunan dan pembebasan lahan di anak perusahaan. Hal ini, menurut Fitch membuat APLN memiliki likuiditas yang jauh lebih lemah dari yang mereka perkirakan.

“Kami memperkirakan APLN memiliki akses ke kas sekitar Rp600 miliar pada akhir Juni 2021 dari berbagai entitas anak, yang akan digunakan untuk membayar bunga pada Desember 2021,” tulis Fitch.

APLN diyakini tidak ada kendala untuk mengakses kas ini. Sekitar 80 persen dari uang tunai disimpan di anak perusahaan bebas hutang, yang sebagian besar proyek rumah yang telah selesai dan tidak memiliki komitmen biaya konstruksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper