Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semester II/2021: Reksa Dana Minim Risiko Kian Jadi Favorit Investor

Di tengah volatilitas pasar yang masih tinggi dan suku bunga rendah, investor mencari produk investasi yang cenderung memiliki risiko lebih kecil tetapi tetap menawarkan imbal hasil bersaing.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020)./ ANTARA - Galih Pradipta
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020)./ ANTARA - Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA—MNC Asset Manajemen memperkirakan minat investor terhadap produk reksa dana berisiko rendah dan sedang akan terus berlanjut, bahkan meningkat pada paruh kedua tahun ini.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, nilai aktiva bersih (NAB) produk reksa dana pendapatan tetap per akhir Juni 2021 tercatat sebesar Rp143,24 triliun, naik 2,94 persen dari posisi akhir Desember 2020 lalu yang sebesar Rp139,15 triliun.

Tren serupa juga terlihat pada NAB produk reksa dana pasar uang. Per akhir Juni 2021, dana kelolaan produk reksa dana pasar uang sebesar Rp104,19 triliun, naik 9,15 persen dari posisi Rp94,55 triliun per akhir Desember 2020.

Sebagai perbandingan, sepanjang tahun berjalan hingga Juni 2021, NAB reksa dana saham susut 4,42 persen menjadi Rp122,14 triliun dari sebelumnya Rp127,79 triliun per akhir Desember 2020.

Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan tren serupa juga terjadi di MNC AM, yang mana investor lebih banyak membeli atau subscribe reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap.

“[Sejak awal tahun] naik sekitar 5—10 persen di tempat kami. Cukup tinggi,” ujar Edwin kepada Bisnis, Senin (26/7/2021).

Dia memperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus pesat di paruh kedua tahun ini mengingat kondisi pasar yang masih volatil dan ketidakpastian yang semakin tinggi akibat gelombang baru pandemi Covid-19.

“Sementara saham turun, volatilitas tinggi, IHSG saja cuma sekitar 2 persen ytd. Sementara investor butuh yang aman, likuditas tinggi khususnya institusi seperti insurance, perbankan itu ke reksa dana pasar uang. Saham berkurang karena tidak pasti,” tambahnya.

Edwin menuturkan, di tengah volatilitas pasar yang masih tinggi dan suku bunga rendah, investor mencari produk investasi yang cenderung memiliki risiko lebih kecil tetapi tetap menawarkan imbal hasil yang bersaing.

“Pasar uang banyak investor masuk karena rate-nya bisa kasih lebih tinggi dari deposito bahkan yang international bank […] lalu pendapatan tetap masih kecenderungan yield turun sehingga harga SBN bisa naik, makanya orang banyak masuk,” tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan produk reksa dana cenderung menarik karena memiliki pajak yang lebih kecil. Di sisi lain, MI juga dapat mengolah produknya sehingga dapat memberikan imbal hasil yang lebih kompetitif.

“Buat pasar uang kita bisa taruh deposition di beberapa bank, tambah beli obligasi di bawah satu tahun jadi ratenya bisa tinggi. SBN juga kita bisa mengkombinasikan berbagai instrumen,” jelas Edwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper